Erick tengah sibuk memeriksa tumpukan berkas di depannya. Sesekali ia mengumpat keras saking kesalnya. Ini baru menjadi Co-CEO, bagaimana jadinya jika nanti dia menjadi CEO. Ahh!! Erick mengacak rambutnya frustrasi.
"Tuan!"
"Em. Ada apa, Fabio?"
"Ada Presdir."
Belum sempat Erick kembali berceletuk, Robert sudah datang dengan gagahnya. Pria paruh baya itu tetap terlihat tampan dengan balutan suitnya. Erick menatap jengah sang ayah.
"Nanti kau jemput Dasha."
Pernyataan yang lebih pada perintah itu membuat Erick kesal. Apa Robert lupa dengan semburan Dasha tempo hari? Jangan pernah melakukan hal bodoh, Erick! Begitu kata Dasha saat Erick memberitahu akan menjemputnya.
Robert mengambil duduk di sofa hitam dalam ruangan putranya. "Kau katakan padanya untuk menilik undangan di percetakan dan juga desain gaunnya. Aku dengar dari Nyonya Ashley, katanya gaunnya sudah 50 persen. Kuharap menantu Ayah menyukainya," kata Robert.
Erick mengusap wajahnya. Astaga! Ini masih pagi. Tapi pembicaraan ayahnya sudah membuatnya dongkol. Pria tampan itu pun mengetik nama dalam ponselnya.
"Ya?" jawaban dari seberang sana.
"Nanti aku yang akan menjemputmu. Kita akan pergi ke percetakan melihat hasil undangannya. Setelah itu pergi ke butik Mama untuk melihat desain gaunnya," ucapnya panjang lebar.
"Ya."
Erick mengernyitkan dahi. Mengapa suara itu terdengar basah?
"Dasha? Are you okay? Kau menangis, baby girl?"
Erick membuka telinga lebar-lebar. Tatapannya bertemu dengan kedua mata Ayahnya yang menatapnya penasaran. Tunggu! Dia mendengar isak tangis.
"Aku tidak apa-apa."
Shit! Suara itu bergetar.
"Oh God! You are crying, baby girl! Why? You sick?"
Tak ada jawaban. Erick semakin gelisah.
"Aku kesana sekarang," ucapnya lalu menutup telepon.
Erick bangkit dari duduknya dan berkata akan menjemput Dasha pada Robert. Pria paruh baya itu juga memasang wajah khawatir. Erick langsung menginjak gas menuju sekolah Dasha.
Sepi. Memang sedang terjadi kegiatan belajar mengajar. Hanya beberapa kelas yang sedang olah raga di lapangan yang sudah dilewatinya tadi. Kini dia berjalan menuju lorong-lorong. Tadi Erick bertanya dimana ruangan Dasha. Kelas 3-A. Shit! Kenapa kelasnya begitu terpencil di belakang. Pandangan Erick terus melirik papan kecil bertuliskan angka dan huruf yang menggantung di atas pintu masing-masing kelas.
Ketemu! Erick langsung mengetuk pintu. Seketika semua orang terdiam menatap Erick. Pria tampan itu menggunakan mode lady killernya.
"Ya, Tuan? Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita gemuk yang berdiri di depan kelas.
"Ehm. Maaf. Apa benar ini ruang kelas Dasha Grissham?"
Semua mata disana membelalak. Mereka serempak menatap pria yang berdiri di ambang pintu itu. Erick sedikit kaget ketika semua bola mata menatapnya hingga hampir keluar dari wadahnya.
"Em.. Ya! Ini ruang kelas Dasha Grissham. Ada apa ya?"
"Saya Erick Maximilian, Mam. Saya ingin menjemput Dasha. Pasalnya tadi saya telepon, dia menangis. Saya pikir dia sedang sakit," jelas Erick.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dasha
Romance21+ Bijaklah dalam membaca! Terjerat dalam perjanjian konyol membuatnya mati-matian menerima kenyataan. ----- 📝 Aldiananh_