MND 35 - Between

7.3K 288 5
                                    

Erick tengah berbaring di ranjang bersama istrinya. Keduanya sama-sama terjaga menikmati dentuman guntur serta derasnya gemericik hujan. Pria itu melemparkan beberapa guyonan yang tak jarang membuat istrinya tertawa keras. Gadis itu semakin manja padanya.

"Baby?"

"Hum?"

Erick sedikit bergerak untuk menatap lekat wajah istrinya. "Apa Papa akan terus marah padaku?"

Dasha sedikit tersentak. Ia memainkan kukunya. Kali ini ia ikut andil dalam kemarahan papanya. Tapi ia mencoba berpikir positif. Ia segera tersenyum dan menggeleng. "Papa memang keras, Erick. Apalagi menyangkut tentangku. Tapi dia sangat pengertian, kok," kata Dasha sembari membalas tatapan Erick. "Tidak perlu khawatir, okay?"

Erick menarik senyum dan mengangguk. Ia eratkan pelukannya pada gadis kecilnya agar gadis itu segera terlelap. Napas teratur Dasha menandakan gadis itu sudah benar-benar terbang ke alam mimpi. Erick menengadah menatap langit-langit sembari tangan kanannya mengelus rambut Dasha.

Aku pasti bisa, batin Erick. Pikirannya berkelana mengingat pertemuannya dengan Emmet siang tadi. Seperti yang ditakutinya, mertuanya itu meminta Erick menceraikan istrinya.

"Ceraikan Dasha!"

Robert angkat bicara, "Jangan begini, Emmet. Kita sudah sepakat menjodohkan mereka. Mereka sudah saling mencintai. Apa kau tega pada mereka?"

Emmet menatap Robert sengit. "Aku tidak ingin putriku menderita lebih dari ini."

"Sumbernya bukan Erick, kan? Tapi orang lain. Mereka sudah baik-baik saja, kenapa kau mempersulitnya?"

"Tidak ada yang menjamin putriku bahagia dengannya," desis Emmet.

Erick mengepalkan tangannya dan menatap mertuanya itu. "Aku yang akan menjamin kebahagiaan Dasha, Pa. Aku mohon jangan lakukan ini pada kami."

"Siapa yang percaya pada mulut omong kosongmu itu? Ribuan kali mulutmu itu kau gunakan mengumbar janji yang sama pada puluhan wanita."

Erick mengeratkan rahangnya. Dadanya bergemuruh. Ingin sekali ia memukul wajah Emmet, tapi Erick sadar dia tak boleh melakukannya. Demi apapun, Erick tak akan menuruti permintaan gila mertuanya.

"Biarkan mereka mencari kebahagiaan mereka sendiri," kata Robert.

Emmet tersenyum sinis. "Kau terus membelanya karena dia putramu. Bagaimana jika kau berada di posisiku? Ayah mana yang tak takut putrinya disakiti? Bagaimana jika bukan hanya penderitaan batin yang dia lakukan, melainkan fisik juga?"

"Berhenti terjebak di masa lalu, Emmet! Ini dan itu tidak ada kaitannya!" Nada suara Robert kian meninggi. Ia sudah sangat kesal dengan besannya itu. Robert paham dimana letak ketakutan Emmet.

"Terjebak di masa lalu?" Emmet tertawa keras.

Gigi Erick berbunyi gemeretak. Ia tak sanggup lagi mendengarkan ini. Pria itu pun beranjak pergi meninggalkan mertuanya yang masih meneriakinya. Erick memijat pangkal alisnya sembari menengadahkan kepala. Robert datang mengetuk jendela mobil dan berkata jika Robert saja yang menyetir.

Dalam perjalanan, mereka saling diam. Pandangan Erick menatap jauh keluar jendela. Ia teringat perkataan Emmet dan Robert tadi. Masa lalu? Erick pun menoleh pada ayahnya yang sedang menyetir.

"Masa lalu apa?"

Robert menghela napas. "Papamu itu mempunyai kenangan buruk. Kekasihnya meninggalkannya karena perjodohan. Meskipun dengan berat hati, Emmet melepaskannya. Dia pikir itu yang terbaik sebab usia mereka tak jauh berbeda sedangkan laki-laki yang dijodohkan itu sudah dewasa."

My Naughty DashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang