MND 25 - Clearer

9K 424 23
                                    

Hi, y'all! Thanks so much for loving this story<3 Hope you enjoy, happy reading-- Al~

***

Hari ini Dasha memperbaiki suasana hatinya. Pertengkaran mereka sudah diselesaikan dan kejadian semalam sudah ia ikhlaskan. Cukup dengan Erick mengerti ketakutannya, Dasha sudah merasa tenang. Pria itu bersumpah tidak akan tinggal diam jika sampai Bastian berani mengganggu Dasha lagi. Erick juga sudah memerintahkan orang kepercayaannya untuk mengawasi Bastian.

Pagi ini Dasha membuat omelet yang kata Erick rasanya lezat. Sungguh, Dasha pernah memperingati Erick untuk tidak berbohong mengenai masakannya. And see! Erick memujinya. Dasha begitu senang.

Setelah mengantar suaminya hingga ke pintu untuk berangkat bekerja, kini Dasha duduk di ruang tamu kecilnya yang memiliki jendela mengahadap depan. Sebenarnya Erick menawarkan mengambil cuti, namun Dasha menolak dengan berkata dia baik-baik saja. Gadis itu menikmati secangkir cokelat panas saat cuaca sejuk seperti ini. Oh ya, Dasha tak lupa membawakan jaket untuk suaminya tadi.

Dasha meraih ponselnya yang berdering. Ternyata Chelsea yang meneleponnya. Ia segera menempelkan benda pipih itu ke telinganya.

"Ya, Chel- What?! Haha, you must be kidding me, Chelsea. No, please.. Oh my god! I'll be there."

Dasha membekap mulutnya setelah panggilan itu terputus. Air matanya segera membasahi wajahnya. Gadis itu menghapus air matanya lalu menyisir rambutnya ke belakang. Ia panggil nomor dalam ponselnya yang diberi nama hubby.

"Erick, back home, please... I need you," tukasnya.

Dasha memijakkan kakinya di sebuah rumah megah. Sangat indah dengan paduan warna abu-abu dan darkblue. Namun desain itu tak akan menarik perhatian hari ini. Karena jajaran karangan bunga berbaris rapih di kiri kanan pintu utama. Dasha mendongak menatap suaminya. Pria itu mengelus rambutnya lalu mengecup keningnya. Mereka berjalan masuk.

Suasana berkabung menyeruak menyelimuti seisi rumah. Tangisan terdengar dimana-mana. Dada Dasha teriris melihat bayi dalam gendongan wanita tua disana. Itu putri Mary. Tatapan Dasha bertemu dengan Chelsea. Ia segera berjalan mendekat pada sahabatnya itu.

"Dasha.." lirih Chelsea.

"What happen?"

Chelsea mengurai pelukan dan menghapus air matanya. "Kata mereka jasad Mary ditemukan di bawah jembatan."

Dasha tak lepas dari Erick. Mereka menyaksikan bagaimana keluarga Mary begitu terpukul apalagi adiknya. Gadis kecil itu terus berdiri di samping peti Mary dengan air mata tak kunjung usai. Tak jauh darinya, ibu Mary menunduk sambil terisak.

"Mary!!"

Semua orang menoleh pada sumber suara. Dasha sangat mengenal pemilik suara itu. Ia segera beranjak dan memeluk gadis berambut blonde itu diikuti Chelsea.

"Mary.. Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" celetuk gadis bernama Lilian itu.

Lilian terbang dari Belanda begitu mendengar kabar kematian Mary. Ia sangat terpukul dengan cerita yang dipaparkan Dasha dan Chelsea bahwa Mary mengandung dan melahirkan anak Bastian. Namun bagaimana Mary tewas masih menjadi misteri. Mereka mendekat pada nenek Mary yang menggendong bayi berusia empat bulan itu. Terlihat sangat cantik dan memiliki warna mata Bastian.

"Boleh aku menggendongnya, Oma?"

Lilian menggendong bayi kecil itu. Gadis itu berjalan mendekati peti mati Mary. Ia berucap, "Lihat putrimu, Mary! Dia sangat cantik. Kenapa kau meninggalkannya?!"

My Naughty DashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang