MND 12 - Wedding

30.4K 871 6
                                    

Sejak kejadian malam itu, Dasha lebih banyak diam. Dia sukses tak menyambut nenek Erick dengan hangat. Untung saja pria dewasa itu menjelaskan situasi yang telah terjadi sehingga Dasha menjadi seperti itu. Wanita tua itu malah memeluk Dasha dan mengatakan bahwa Dasha akan baik-baik saja serta menceritakan kehebatan cucunya.

Pernikahan tinggal hitungan jari, namun emosi Dasha malah tak menentu. Ashley sangat takut jika tiba-tiba Dasha melakukan hal yang tak terduga. Bukankah putrinya pembuat onar kelas kakap?

"Dasha," panggil Ashley pada putrinya.

Dasha sibuk menyisir rambut. Ia enggan menjawab pertanyaan ibunya. Wanita itu mendekat padanya dan melihatnya dari pantulan cermin.

"Dasha mau keluar kemana?"

"Dengan Erick. Tak perlu cemas. Erick menjagaku."

Bel pintu berbunyi. Dasha segera keluar kamar diikuti Ashley. Pria tampan disana tersenyum lebar dan merentangkan kedua tangannya. Tanpa Ashley kira, putrinya menghamburkan diri pada pelukan pria itu. Antara senang dan bingung, Ashley hanya mampu tersenyum.

"Kami berangkat dulu, Mama," kata Erick berpamitan.

Erick menyugar rambut Dasha saat lampu merah menyala. "Mama mencemaskanmu?"

Dasha mengangguk. "Ya. Aku dengar mereka membicarakanku. Katanya aku semakin pendiam."

Erick tersenyum. "Ya. Kau memang lebih pendiam."

"Malas banyak bicara."

Erick hanya tersenyum kecil. Tunggu saja kalau pembicaraannya seru. Pasti gadis itu akan lupa dengan kejadian itu dan kembali banyak bicara.

"Kau ingin kita kemana?"

"Bagaimana kalau ke hotel?"

Erick menoleh cepat dengan kening mengerut. Apa maksud cerocosan Dasha? Erick memilih melajukan mobilnya ketimbang menanggapi perkataan tak jelas itu. Untuk apa ke hotel? Ada-ada saja.

"Da- arrrggghhh! Apa yang kau lakukan?!" sentak Erick.

Dasha tergelak begitu kencang. Astaga! Dia menodai tangan sucinya. Tak apalah, itu milik calon suaminya. Erick masih sibuk mengatur napas. Bisa-bisanya gadis kecil itu mengelus kejantanannya yang masih terbalut celana jeans. Dia sudah puasa tiga bulan demi Dasha. Membuat frustrasi saja!

"Apa seorang pria sangat mudah turn on, Erick?" celetuk Dasha.

"Kau menyindirku?"

Dasha kembali tergelak. "Oh, kendalikan wajahmu. Kau benar-benar memasang kuda-kuda padaku. Aku hanya mengetesnya saja. Bukankah kau kemarin-kemarin sudah menciumku dengan bringas, heh?!"

Erick tersenyum mengingat itu. "Tapi jangan memancingku, Dasha. Aku ini binatang buas. Aku bisa menerkammu."

"Oh ya? Terkam saja!" cuit Dasha.

Erick menoleh lagi padanya. "Jangan sampai berakhir dengan menendangnya lagi, Dasha. Itu sakit tahu!"

Dasha menahan senyumnya mengingat kelakuannya. Gadis itu kabur setelah membangunkan singa yang kelaparan. Dasha bukanlah gadis polos yang tak mengetahui tentang dunia seks. Hanya dia belum pernah praktik, itu saja. Teman-teman laknatnya sering mengadakan nobar porno saat pelajaran kosong. Karena Dasha manusia barbar, dia ikut-ikut saja menonton.

"Meskipun kau masih kecil, kau berani menggodaku," tukas Erick.

Dasha mengangguk. "Aku bukan gadis polos. Aku sering melihat blue film dengan teman-teman."

"Kau sumbernya atau teman-temanmu?"

"Enak saja! Aku hanya ikut saja," sungutnya.

Erick tergelak mendengar pembelaan itu. Dasha menyunggingkan senyum. Ia melemparkan tatapannya ke luar jendela. Mungkin aku bisa menyayanginya seperti kata Mama, batin Dasha.

My Naughty DashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang