Dasha duduk manis berjajar dengan teman-temannya. Toga juga sudah membalut tubuhnya. Hari ini menjadi hari spesial sekaligus menjengkelkan. Pasalnya satu minggu setelah kelulusan ini, dia akan menikah dengan pria dewasa itu.
"Apakah Franco akan menjadi lulusan terbaik?" celetuk seorang siswa yang duduk di depan Dasha.
Dasha membenarkan perkataan itu. Franco memang anak cerdas. Mungkin kacamata tebalnya itu yang membantunya menyerap informasi. Dia duduk di samping Chelsea, sesuai dengan urutan abjad nama mereka. Lilian dan Mary agak berjauhan. Meski Chelsea adalah teman dekatnya, mereka saling diam. Akhir-akhir ini hubungan mereka memang merenggang.
Acara telah dimulai. Tiba pada saat prosesi wisuda. Kelas Dasha pada urutan ke empat. Mereka mulai berjalan. Dasha melebarkan senyum pada kedua orang tuanya setelah menerima tanda kelulusan itu. Dengan manis, dia kembali menjatuhkan pantatnya di tempat duduknya. Semua berjalan lancar, hingga..
"BASTIAN?!!" pekik Dasha mengalahkan suara pembawa acara.
Semua mata tertuju pada gadis itu. Emmet mengusap wajahnya. Mata Dasha mendelik menatap pemuda di atas panggung sana.
"Dasha?!" Chelsea menarik Dasha agar kembali duduk.
Selama berlangsungnya acara, Dasha duduk dengan risau. Wajahnya merengut meskipun dia mendapatkan peringkat ketiga dan menerima penghargaan. Pandangan gadis itu menjadi kosong. Sambutan terakhir telah berlalu. Buru-buru Dasha mengedarkan pandangan saat tamu undangan mulai berhamburan.
"BASTIAN!" pekik Dasha lagi.
"Dasha!" Ashley mengejar putrinya.
Dasha tengah berdiri berhadapan dengan Bastian. Pemuda yang pernah menjadi kekasihnya selama kurang lebih dua tahun. Pemuda yang selalu mengerti dirinya. Pemuda yang selalu menyayanginya dan memanjakannya. Namun kini menatap mata abu itu membuat rongga dadanya terasa terhimpit. Kedua bola mata almond itu memelotot tajam, namun berkilau.
"Selama ini kau membohongiku? Kau berpura-pura. Apa tujuanmu?!" pungkas Dasha.
Bastian hanya menatap Dasha dalam diam. Kedua orang tua mereka juga Jean berada disana mengelilingi kedua mantan kekasih itu. Jantung Timothy dan Helen tak hentinya bermaraton. Pasalnya Dasha adalah putri bosnya. Dan lihatlah manik Emmet yang menatap muda-mudi itu begitu lekat.
"Franco Bastian Kenneth!" Dasha tertawa sumbang. "Lucu sekali aku tak menyadarinya."
Erick baru saja sampai di gedung tempat berlangsungnya wisuda calon istrinya. Ia tersenyum memandang buket bunga di tangannya. Apa iya gadis liar itu menyukai buket bunga?, pikir Erick mengingat kelakuan barbar Dasha. Dengan setelan jas yang begitu pas di tubuhnya, ia melangkahkan kaki.
"Tuan Maximilian?" sapa seorang guru padanya. Erick hanya tersenyum sekilas.
Begitu sampai di ballroom, Erick merasakan atmosfer yang menyesakkan. Gadisnya tengah membakar amarah di depan pemuda itu. Pemuda yang Erick tahu adalah mantan dari kekasihnya. Tatapan Erick menajam. Kedua mata gadisnya memancarkan kepedihan. Erick mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Dasha menatap nyalang pada Bastian. "Kau tega, Tian! Kau tega melakukan ini padaku. Aku benci.. AKU BENCI PADAMU! AKU TAK SUDI BERTEMU DENGANMU LAGI!!" jerit Dasha begitu lantang.
Gadis itu berlari sambil melepas toganya lalu melemparnya sembarang arah --benar-benar barbar. Bahkan dia tak sadar menabrak Erick. Gadis itu tetap berlari penuh amarah. Tatapan Erick dan Emmet bertemu. Dia berjalan mendekat pada calon mertuanya. Ia berikan buket bunga itu pada Ashley.
"Erick?"
"Biar Erick yang mengejarnya, Ma."
Ashley mengangguk. Sebelum Erick pergi, pria itu menatap Bastian yang kebetulan juga melihatnya. Semua yang menyaksikan pasti tahu, itu bukan tatapan persahabatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dasha
Romance21+ Bijaklah dalam membaca! Terjerat dalam perjanjian konyol membuatnya mati-matian menerima kenyataan. ----- 📝 Aldiananh_