Lilian menggenggam gelas berisi smoothie blueberrynya. Ia menunduk duduk di samping pemuda dengan paras tampan bermata abu-abu. Dari tadi telinganya menangkap suara mesin yang ditekan untuk mengeluarkan huruf beserta angka di layar yang tak jauh darinya. Gadis berambut blonde sedikit keriting itu terlalu pusing memikirkan penjelasan yang baru saja dikeluarkan pemuda itu.
"Ka-"
Suara seseorang yang tiba-tiba membuka pintu ruangan itu membuat Lilian menoleh cepat. Matanya membelalak melihat siapa disana. Seorang pemuda yang dikenalnya tengah berdiri dengan tangan kiri masih menggenggam knop pintu. Mata abu-abu pemuda itu juga melotot sampai pupilnya membulat sempurna.
"Lilian?! Apa yang kau lakukan di kamar Kakakku?"
Lilian secepat kilat menoleh pada pemuda di depan komputer yang sedari tadi bersamanya. Pemuda itu menatap adiknya dengan tatapan polos. Sementara itu, mendengar kericuhan, pasangan suami istri itu pun mendekat ke kamar putra sulungnya.
"Ada apa, Bast? Kenapa teri- wahh.. Siapa gadis cantik ini, Jean?"
Lilian membelalak dan langsung mengambil posisi berdiri. Ia sedikit membungkukkan badan untuk memberi rasa hormat. Malu sekali rasanya pertama kali bertemu dengan seorang laki-laki dan diajak ke rumah lalu ketahuan orang tuanya.
Berakhirlah Lilian disini. Ya, di ruang makan dengan berbagai sajian menu makan siang. Lilian merutuk diri yang mau menerima tawaran Jean untuk berkunjung. Seharusnya ia menolak saja. Tapi rasa penasaran membuat Lilian bertekad sampai disini. Dan benar, Jean memiliki informasi yang diinginkan.
"Namamu siapa, Sayang?"
"Lilian, Bibi."
Helen tersenyum. "Sepertinya Bibi pernah melihatmu."
"Tentu saja. Lilian teman sekelas Bast di sekolah menengah, Mom," sahut Bastian dengan wajah masamnya. "Tidak kusangka dia berhubungan dengan Kak Jean," tambahnya lagi.
Jean memelototkan matanya pada sang adik membuat pemuda yang lebih tinggi darinya itu menahan tawa. Bukankah Bastian sudah tahu jika kakaknya ini menyukai Lilian? Kurang ajar memang tingkahnya yang pura-pura tak tahu apa-apa.
"Ya sudah sih, Bast. Kakakmu kan juga sudah dewasa. Wajar kalau dia punya kekasih," sahut Helen begitu lembut.
Disini Lilian yang kebingungan. Mengapa arah pembicaraan mereka mengarah kesana? Hello! Lilian datang kesini karena dia ditawari untuk diberitahu banyak hal oleh Jean. Lilian pun menghela napas lelah.
Setelah makan siang bersama, Helen mengajak Lilian untuk mengobrol bersama. Ia siapkan berbagai kue kering hasil tangannya. Dengan menyediakan teh melati, ia siap bertanya banyak hal pada calon menantunya ini. Lilian hanya mengeluarkan senyum kikuk.
"Sejak kapan kamu dengan Jean?" Awal pembukaan yang membuat Lilian kebingungan.
"Em.. Bibi, sebenarnya ak-"
"Tidak usah malu. Mulai sekarang panggil Mommy, okay?"
Lilian mengangkat kedua alisnya. "Mommy?"
"Uh, aku senang mendengarnya."
Jean datang dan duduk di hadapan mereka. Ia letakkan ponselnya dan menyilangkan kaki setelah mencomot kue kering yang ada di piring. Bola mata Lilian tertuju padanya. Jean pun menghela napas.
"Mommy. Aku dan Lilian tidak pacaran. Dia hanya teman Bastian, okay?" terangnya membuat Lilian menghela napas.
Helen memanyunkan bibirnya. "Padahal Mommy berharap iya lho."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dasha
Romance21+ Bijaklah dalam membaca! Terjerat dalam perjanjian konyol membuatnya mati-matian menerima kenyataan. ----- 📝 Aldiananh_