MND 14 - Sickness

22.5K 683 1
                                    

"How's your marriage life?"

"Good."

Gadis berambut hitam itu mangut-mangut mendapat jawaban Dasha Maximilian. Ada Lilian juga Mary bersama mereka. Di kafe bernuansa retro mereka tengah berkumpul setelah satu bulan tidak bertemu. Jika diingat, terakhir kali mereka bertatap muka di pernikahan Dasha.

"Lalu malam pertama?" tanya Lilian sambil terkikik.

"Lancar," jawab Dasha santai yang sontak mengundang tawa temannya.

Chelsea menatap Dasha lekat. "Maaf ya, Dasha. Selama ini aku selalu berbuat buruk padamu. Itu hanya karena aku cemburu. Aku menyukai Franco, tapi kau lebih dekat dengannya. Tapi sekarang.. aku tidak ingin mengingat Franco lagi. Akan ku buka hidupku yang baru."

"Aku juga. Aku akan melupakan Bastian. Malas juga kalau ternyata dia Franco," sahut Lilian.

Dasha hanya mengangkat kedua alisnya. Sejak perlakuan kurang ajar Bastian di malam kelulusan, Dasha enggan memikirkan pemuda itu lagi. Hati Dasha sangat kesal saat tiba-tiba Bastian menciumnya. Untung Erick datang tepat waktu saat itu.

Di saat yang lain mulai menghapus Bastian dalam ingatan mereka, justru Mary terjerat dengannya. Gadis berambut perak itu merasa gelisah. Beberapa kali dia berhubungan badan dengan Bastian. Jika teman-temannya tahu, bagaimana nasibnya?

"Mary? Are you okay?" tanya Chelsea.

Mary mengangkat kepala dan menjawab, "I'm okay," sambil tersenyum.

"Jadi.. kau akan melanjutkan kemana, Lilian?"

Gadis itu menghela napas. Ia mainkan rambut blonde ikalnya. "Karena dulu aku mendengar Bastian akan ke Jerman, aku tidak jadi kesana. Aku akan melanjutkan ke Belanda."

"Dutch? That's interesting country," balas Chelsea.

"Yeah. What about you, Chelsea?" tanya Dasha.

Chelsea menarik gelas milkshakenya. "Maybe... Massachusetts?"

"Waw! That's amazing!" seru Dasha, Lilian, dan Mary serempak.

Mary menatap Dasha. "Kau juga akan melanjutkan sekolah, Dasha?"

"Aku tergantung Erick. Jika dia ingin aku kuliah, ya.. aku akan kuliah."

Dasha sudah bicara dengan suaminya dua hari setelah pernikahan. Tapi pria dewasa itu belum memberikan jawaban. Mungkin juga masih menimbang-nimbang dampak baik buruknya untuk istrinya. Dasha belum ingin bertanya lagi tentang itu. Karena jika ingin bertanya, Dasha selalu teringat wanita itu.

Sampai sekarang Dasha tidak menanyakan tentang wanita di supermarket itu. Meski rasa penasaran mengelilingi kepalanya, dia merasa tak ada apapun yang perlu dikhawatirkan. Setidaknya, hubungan mereka baik-baik saja.

"Aku pulang dulu, semuanya!" seru Chelsea.

Tak berselang lama, Lilian juga pamit undur diri. Dasha menoleh pada Mary. Gadis itu memang tidak terlihat baik-baik saja. Raut penuh kecemasan begitu kentara tergambar di mimik mukanya.

"Mary? Aku tahu kau punya masalah."

Mary menoleh dan menjawab, "Apa sih, Dasha? Aku tidak kenapa-kenapa kok."

Dasha memutar bola matanya.

"Kalau begitu aku pulang dulu. Sudah sore. Sebentar lagi Erick pulang," kata Dasha sambil beranjak.

Mary hanya mengangguk. Setelah Dasha pergi, wajah Mary semakin memucat tatkala melihat seseorang di depannya. Dadanya bergemuruh hebat.

"Fran.. co.."

My Naughty DashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang