Ada alasan mengapa aku tak pernah membahas perihal villainess sampai saat ini. Bahkan Luzel Berville yang hampir membunuh Lacie Berville hanya kumasukkan dalam ketegori antagonis. Saat aku mengatakan aku berhenti menjadi protagonis, aku juga tidak menyebutkan ingin menjadi villainess.
Alasannya adalah karena dalam game Secret Princess, 'villain' adalah villain sejati. Pembunuhan, penjualan manusia, perjudian, mereka menguasai dunia bawah. Jika Keluarga Berville bersinggungan dengan kerajaan di permukaan, maka keluarga villain bersinggungan dengan kerajaan secara dalam. Mereka tidak bisa ditangkap, karena memiliki cara yang hati-hati. Jangankan simpati atau rasa kasihan, mereka bahkan tidak tahu apa itu hak orang lain.
Meski dia tidak pernah muncul di game Secret Princess, hanya dengan mata itu saja aku tahu. Tetapi mengapa? Apa yang dilakukan keluarga villain di dalam kerajaan? Mereka seharusnya tidak pernah disini, mereka seharusnya tidak pernah menunjukkan wajahnya.
"Nona, silakan masuk."
Adeische — bahkan hanya dengan nama itu, orang-orang akan berlari mendengarnya. Tidak ada yang cukup gila untuk untuk berhubungan dengan mereka. Bahkan tidak ada yang cukup berani untuk mengusik organisasi bawah milik keluarga berdarah dingin itu.
Adelise Adeische, gadis yang selalu mengusik hidup Lacie Berville, gadis yang selalu menjadi penyebab mengapa Lacie Berville terbunuh berkali-kali di dalam game. Setiap kali berhadapan dengannya pertama kali, aku selalu berakhir mati ditangannya. Singkatnya, aku bahkan mati saat bermain game. Jika demikian, bisakah aku tetap hidup hanya dengan satu percobaan?
Alur yang berubah — Lacie Berville seharusnya bertemu gadis ini di pertengahan cerita. Sampai saat ini semuanya selalu muncul sesuai waktunya. Apakah ini adalah perubahan yang tak kusadari?
Tidak, aku harus tenang.
Aku sudah belajar dari kesalahan sebelumnya. Terlalu baik pada villain atau terlalu takut pada villain, itu adalah hal yang tak boleh aku tunjukkan. Dengan reputasiku yang saat ini dan dengan hal-hal yang bisa kugenggam setelah ini. Aku harus fokus pada apa yang ada di depan mata, terlepas apakah Dewa sedang mempermainkanku atau tidak.
Saat kami berpapasan, aku mencoba untuk mengabaikannya.
Dia meliriku sekilas, kemudian berdecih. "Cih, malaikat katanya."
Untuk seorang gadis yang bahkan memiliki usia sama seperti Lacie Berville, gadis itu dididik secara berbeda. Suaranya sangat dingin khas seorang villain.
Aku bahkan tidak ingin berpikir tentang kemungkinan seperti — berapa banyak nyawa yang sudah dicabutnya selagi gadis lain melakukan pesta dansa dan minum teh?
Keluarga Iblis.
Setidaknya julukan itu benar-benar tepat untuk villain seperti mereka.
{ ‡ ‡ ‡ }
Sangat lucu bagaimana Raja memperlakukanku setelah permainan kemarin. Tes ini bahkan sepuluh kali lipat lebih mudah dari yang kubayangkan — kurasa, ini hanya sebuah formalitas. Aku juga bisa melihat wajah Feiran Ghorlieth menggeliat kesal seperti hendak menginjak kertas kelayakanku.
"Mari saya antarkan kembali ke ruangan Anda, Nona..." Feiran Ghorlieth terdiam beberapa saat kemudian menunduk sopan, "Maksud saya Marquess Berville."
Dia bahkan tidak mau repot-repot mengucapkan selamat. Walau dia bisa menjaga tetap memberikan senyum ramahnya, aku tahu isi pikirannya.
Aku tersenyum tipis padanya, baiklah, ini mungkin lebih tepat disebut senyum menghina.
Kau tahu? Menambah minyak ke dalam kompor semestinya tidak boleh dilakukan. Tetapi, itu tidak berlaku saat kau dipastikan menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer A Protagonist
FantasyJika kebahagiaan hanya bisa diraih dengan tragedi, masihkah kau ingin meraihnya? Tidak. Entah sebesar apapun kebahagiaan tersebut. Seseorang yang memilih tragedi untuk meraih kebahagiaan. Bahkan sekalipun ia tahu tragedi macam apa yang akan menimpan...