Bulan remang-remang melalui tirai tipis memantulkan warna keemasan. Angin yang perlahan semilir, masuk melalui celah-celah di antara jendela.
Selimut lembut yang memutari tubuhku dan langit-langit berwarna keemasan.
Sebelum aku menjelaskan semuanya, pertama-tama biarkan aku mengutuk para dewa terlebih dulu.
Permisi dewa, tidakkah kalian menciptakan error saat mengirimku kesini?
Sebenci apapun dewa pada keberadaanku, aku rasa tidak masuk akal untuk tiba-tiba memindahkan jiwa seseorang ke dunia lain tanpa penjelasan.
Maksudku, setidaknya hapus memoriku tentang dunia lamaku atau berikan aku memori yang utuh tentang dunia lamaku! Singkatnya, kenapa mereka harus memberiku memori yang setengah-setengah?!
Aku tidak ingat alasan kenapa aku bisa dipindahkan kesini dan aku juga tidak ingat seperti apa dan siapa hidupku sebelumnya. Memori yang kumiliki hanyalah namaku di dunia sebelumnya Agatha dan kenyataan bahwa sekarang aku berada di dalam dunia game berjudul Secret Princess.
Kenapa aku sangat yakin? Karena aku hampir menjadi gila di malam yang tenang ini setelah menenangkan diriku sendiri. Aku benar-benar terjebak di dunia game yang paling kubenci. Aku bahkan tidak tahu harus bertindak sebagai siapa. Malahan dibandingkan kehidupanku sebagai Agatha, aku justru mengetahui keseluruhan protagonis game ini lebih baik.
Lacie Berville — pemilik tubuh ini - yang harusnya hanya menjadi protagonis wanita karakter game Secret Princess, justru terpantul sebagai tubuhku.
Bahkan jika game yang kumainkan seharusnya menjadi kisah romantis, alur ceritanya benar-benar lebih banyak berisi tragedi. Bahkan meski aku tidak ingat seperti apa kehidupanku sebelumnya, aku benar-benar membenci keseluruhan cerita game ini. Dan alasan mengapa aku bisa menyelesaikan game itu adalah hal yang paling tidak bisa kupahami.
Dan sebagai Lacie Berville, sang protagonis wanita, aku harus melalui semua tragedi demi meraih kebahagiaannya? Jangan bercanda! Hanya seorang psikopat yang mau melakukannya.
Aku tidak akan mengikuti cerita aslinya. Jika menjadi protagonis berarti harus mengalami tragedi yang sama, sekarang juga aku putuskan.
Aku tidak mau menjadi protagonis!
{‡ ‡ ‡}
Aku tidak bisa tidur.
Aku benar-benar menghabiskan malamku dengan mencatat apa yang akan terjadi pada Lacie Berville kedepannya dengan tinta dan kertas di mejanya. Aku bahkan tidak tahu lagi berapa banyak kertas yang kuhabiskan untuk menulis ingatanku tentang alur ceritanya.
Saat ini kertas berisi masa depan Lacie Berville akhirnya selesai, aku sudah menyimpannya di sela-sela tempat tidur untuk memastikan tersembunyi dari orang lain.
Semalam aku bahkan puas depresi setelah berkali-kali menatap wajahku di cermin hanya untuk memastikan kalau aku bukan Lacie Berville. Tapi berapa kalipun aku melihat di cermin, ini wajah yang ada di dalam game itu — wajah milik Lacie Berville.
Rambut lurus melewati pinggang berwarna merah raspberry wine dan kedua bola mata beriris merah scarlet seperti anggur yang ranum - bukti bahwa aku memang Lacie Berville — protagonis yang dicintai tragedi.
Aku berdiri mendekati jendela dan membuka tirai yang sebelumnya menyembunyikan remang bulan. Sekarang sudah pagi hari. Aku bisa melihat taman mawar merah dari lantai dua kamar Lacie Berville.
Tempat ini benar-benar seperti ilustrasi dalam gamenya. Saat ini yang kubutuhkan adalah sedang ada dimana waktuku saat ini?
Cklek.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer A Protagonist
FantasyJika kebahagiaan hanya bisa diraih dengan tragedi, masihkah kau ingin meraihnya? Tidak. Entah sebesar apapun kebahagiaan tersebut. Seseorang yang memilih tragedi untuk meraih kebahagiaan. Bahkan sekalipun ia tahu tragedi macam apa yang akan menimpan...