‡ Chapter XXV ‡ ~ "Cahaya dari Masa Lalu"

1K 219 7
                                    

Di jam dua malam, ketika matahari bahkan enggan menampakkan dirinya. Dan tentu orang-orang sudah terlelap dengan nyenyak, aku masih berkutat dengan hal yang disebut kertas. Sekarang aku merasa kasihan pada Lacie Berville yang harus mengurus semua ini selagi dia belajar cara melakukannya.

Menjadi kepala keluarga itu merepotkan, kenapa beberapa orang menginginkan posisi ini?

Hah.

Aku melirik Rone. Sejak sore dia seperti tenggelam pada dunianya sendiri. Dari awal aku tidak mengerti karakter ini. Setidaknya aku suka sifatnya yang pendiam. Yah, karena dia tak jatuh cinta padaku seperti seharusnya maka bisa dibilang ini kabar bagus? Aku bisa mencoretnya dari daftar planet yang harus kuubah garis edarnya.

"BELLAAAAA!!!"

Tak.

Astaga, apa itu?

Aku belum pernah mendengar suara lengkingan lebih tinggi dari ini sebelumnya.

Rone yang juga mendengarnya sergap membuka jendela dan melihat ke arah luar.

"Sepertinya ada seseorang yang mencoba masuk mansion, Nona. Tapi dia tidak punya surat izin pertemuan."

Pada jam dua malam? Sungguh?

"BELLLAAAAAAAAA!!!"

Sret.

Kertas yang selama ini selalu kuhindari tercoret dan bahkan terciprat air  — pada akhirnya justru robek. Aku menatap dingin ke bawah. Ha. Main-main orang ini rupanya.

Saat melihat keluar melalui jendela, yang terlihat dari jauh adalah pria dengan jubahnya menyembunyikan rambut berwarna abu-abu yang langka dan mata beriris biru lautan. Tidak ada yang benar dengan penampilannya kecuali wajahnya.

Hanya satu orang yang kukenal dengan ciri khas seperti ini. Arexin Frohrie — seorang peramal yang dikenal oleh Marquess dan Marchioness, tepatnya karakter yang tidak pernah kuketahui. Karena dia tidak ada hubungannya dengan cerita ini, aku benar-benar lupa dengan keberadaannya. Lagipula sudah dua tahun semenjak kami bertemu, tentu saja aku tidak bisa mengingatnya dengan baik.

"Saya akan kebawah dan mengusirnya, Nona."

"Tunggu, aku juga akan kebawah. Dia orang yang kukenal."

Mendengar ucapanku, Rone mengembalikkan pedangnya dan mengikutiku perlahan dari belakang — malahan sangat perlahan sampai-sampai aku tidak merasakan tindakannya yang tiba-tiba.

"Nona, maaf jika saya lancang." Sebelum kami melalui pintu utama — tanpa perintah, Rone meletakkan jubah panjangnya dan mengikat dengan perlahan. "Meskipun Nona sudah memakai baju hangat, cuaca saat malam hari lebih dingin di musim ini."

"...."

Apa dia sedang bersimpati denganku?
Karena sekarang musim dingin, aku bisa mengerti kekhawatirannya — pakaian hangatku pasti terlihat tipis di matanya, karena Rone terbiasa melihat pakaian hangat yang dipakai Luzel Berville. Orang yang sangat membenci musim dingin — meskipun begitu aku tidak ingin disalahpahami.

"Tidak seperti Kakakku, aku ini tidak membenci salju, Rone." karena mungkin — ini adalah musim yang paling dekat denganku. "Aku tidak membenci perasaan dingin yang menusuk, salju yang mencair, dan bagaimana dia akan menghilang dalam sekejap."

Rone tanpa alasan tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Ada apa?"

Dia memberikanku tatapan hampa dan tersenyum pilu. "Saya bertanya-tanya jika Anda pernah melibatkan perasaan saat membicarakan perasaan."

No Longer A ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang