‡ Chapter XXVII ‡ ~ "Kanvas Warna Hitam"

800 146 5
                                    

"Hah. Kau sungguh memuakkan, Zevil."

Ketika kata-kata itu terlontar, senyuman di wajah Zevil perlahan memudar — dan wajah yang selama ini selalu terlihat tak pernah pantas dengan dunia segelap Avarise dalam sekejap berbanding terbalik.

Melihat sosok Zevil tanpa senyuman diwajahnya mengingatkanku pada scene dimana Luzel Berville berdiri dengan angkuh untuk terakhir kalinya di hadapan Lacie Berville.

Aku tahu berurusan dengan Organisasi Avarise adalah pertaruhan dengan risiko besar. Tetapi aku tertipu pada wajah polosnya yang ternyata menyembunyikan banyak belati di punggungnya.

Hahaha.

Sungguh sulit untuk dipercaya.

Alasan aku tidak pernah memikirkannya dalam skala mengancam adalah karena dia sama sekali tidak pernah muncul di dalam game Secret Princess. Karena dia tak muncul, itu artinya dia tidak akan menciptakan sebuah perubahan besar, kan? Itulah yang kupikirkan.

Tetapi, dengan mengabaikan bahwa dirinya adalah pihak luar — Zevil tetaplah seorang Avarise. Jika tuannya Adeische saja tidak waras, tentu saja bawahannya tidak jauh berbeda. Hanya saja aku tidak mengira Zevil memiliki akses informasi lebih daripada yang dapat kuprediksi.

Aku tersenyum getir. Ah, tidak. Sejak awal kata seperti 'dapat kuprediksi' memang tak pernah pantas tersemat padanya.

"Aku tidak mengerti apa yang membuatmu muak terhadapku, tuan putri." Zevil berkilah tanpa mengubah ekspresinya. "Jadi aku tak tahu harus memberikan jawaban seperti apa." lanjutnya.

Mengabaikan kata-katanya yang penuh kebohongan, aku membalas ekspresinya dengan senyuman mencela. "Selama ini aku mengira kau memanggil 'tuan putri' pada semua klien perempuan. Tetapi aku salah, kau hanya menggunakan panggilan itu padaku."

Aku menatap Zevil tanpa ekspresi, berpikir apa yang selanjutnya harus kulakukan pada karakter sepertinya. Apakah dia masih bisa dikendalikan atau justru harus disingkirkan — belum terlambat untuk memilih salahsatu diantaranya.

"Seberapa jauh kau mengetahuinya, Zevil?"

Mengembalikan senyuman ringannya, Zevil berkilah dengan jawaban yang sama. "Sungguh, aku tidak tahu apapun."

"Kau berbohong."

"Tidak. Aku sungguh tidak tahu — "

"Kau tahu sejak awal Keluarga Glychess itu hanya tipuan."

Dengan pernyataan eksplisit yang kuberikan, ekspresi Zevil sekali lagi berubah. Aku tahu dia pasti tak pernah mengira aku sendiri yang akan mengkonfirmasinya — jika kita membicarakan kebohongan untuk menyembunyikan kebenaran. Zevil terlalu amatir untuk melawanku. Karena jika kita membahas tentang kebohongan — eksitensiku sendiri adalah sebuah kebohongan terbesar.

Anggota Avarise, Zevil.

Dia dengan cepat mengetahui apa yang seharusnya tidak diketahui oleh para karakter utama dalam game Secret Princess. Dia tahu bahwa Keluarga Glychess bukanlah pelaku sebenarnya dibalik tragedi Berville, kini pun dia tahu aku sedang menyelidiki keluarga bangsawan lain untuk mencari pelakunya, dan terlebih — dia mungkin juga mengetahui perjanjianku dalam satu tahun kedepan dengan Luzel Berville mengenai pemindahan gelar.

Tetapi bagaimana?

Keluarga Adeische bahkan tak pernah tahu hal tersebut karena kejadian ini tak pernah muncul dalam game Secret Princess. Jadi bagaimana dia memiliki akses informasi yang seharusnya hanya diketahui Luzel Berville saat ini?

"Siapa kau sebenarnya, Zevil?"

Mengapa karakter tanpa scene sepertimu menjadi kuda hitam yang mengganggu langkah tersusunku?

No Longer A ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang