"Kenapa kau menggunakan nama samaran yang sama dengan Ibumu di masa lalu, Agatha."
Setidaknya sudah tiga hari sejak pertanyaan itu terdengar di telingaku untuk pertama kalinya.
Ketukan jariku di atas meja terdengar jelas diantara heningnya tempat itu. Aku tidak lagi peduli tentang itu, tempat ini sudah kureservasi. Masalah yang harus dipikirkan saat ini adalah mengapa seorang antagonis seperti Helios Adeische mengenal Isavella Adeische. Dan juga, mengapa dia menggunakan nama Agatha yang secara kebetulan adalah nama asliku.
Benar, bisa jadi itu kebetulan.
"Haha..."
Tidak, sudah terlambat untuk menyingkirkan kemungkinan itu.
Agatha bukanlah nama umum yang secara kebetulan akan dipakai seseorang di dunia ini. Dan Ibu juga seharusnya tidak pernah menggunakan ruang informasi gelap Adeische karena dia adalah seorang Fletcher yang keluarganya dibantai oleh mereka. Terlebih, tempat itu seharusnya tidak pernah diketahui oleh karakter di luar pemeran utama.
Jika dia bertindak di luar batas cerita, itu artinya keberadaanyan sendiri adalah entitas yang tidak umum. Setelah kupikir hanya perlu mengatasi teka-teki dibalik dalang tragedi yang membunuh keduanya, sekarang aku juga harus mencari tahu siapa sebenarnya Isavella Fletcher?
"Apakah aku punya waktu untuk ini?"
Sungguh licik, setelah pria itu memberikan pertanyaan padaku. Dia menolak memberi jawaban karena tahu aku tidak akan memberinya informasi berguna. Di sisi lain, dia sepertinya lebih tertarik dengan caraku menggali informasi. Daripada Adelise yang melakukan perbuatan tak menyenangkan secara terang-terangan, metode kerjanya lebih berhati-hati.
Karena Ibu tidak terlalu dijelaskan dalam cerita Secret Game, aku hanya tahu kalau dia adalah orang tua pada umumnya. Kecuali sifatnya yang tidak pernah melakukan sosialisasi dan hanya diam di mansion, dia adalah Isavella Fletcher yang normal.
Tetapi hanya sampai itu saja.
Seberusaha apapun memikirkan jawabannya, aku tidak bisa menemukannya sendirian. Walau dia normal saat ini, apakah Isavella Fletcher di masa lalu memiliki sifat yang sama seperti yang kulihat selama ini?
Di masa di mana aku tidak ada, ada kehidupan yang dijalaninya. Karena itu berbicara dengan seseorang yang membagi ingatan dengan masa lalu Isavella Fletcher adalah langkah terdekat yang bisa dilakukan.
"Saya sudah menunggu Anda."
Uap dari secangkir teh yang tidak terlalu kusukai mengepul diantara nama reservasi Agatha, tetapi pria yang baru saja datang dengan terengah-engah itu sepertinya tidak peduli dan justru meminumnya.
"Begini, Chieri. Walau kau adalah putri Agatha dan walau sifatmu ini mirip sekali dengannya di saat muda, tolong jangan mengajakku bertemu tiba-tiba. Apa maksudnya aku harus menemuimu satu jam lagi!?"
Arexin Frohrie meluapkan emosinya dan menunjukkan surat yang kukirim. Meski dia terus protes, sesuai dugaan dia tetap datang menemuiku. Padahal aku secara tergesa-gesa mengirim suratnya,seperti yang diharapkan dari pria yang tidak punya pekerjaan apa-apa.
"Terimakasih karena Anda sudah meluangkan waktu untuk saya."
"Apa maksudnya aku meluangkan waktu? Kau jelas-jelas menulis ancaman disini."
Ah, benar juga aku menulis itu.
"Maaf, hanya Anda orang yang saya kenal mengetahui Ibu dengan baik."
"Walau itu pujian, entah mengapa aku kesal. Ada apa? Bukankah urusan hukum kemarin selesai. Aku sudah bilang hukuman mati lebih mudah untuk menyelesaikan masalahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer A Protagonist
FantasyJika kebahagiaan hanya bisa diraih dengan tragedi, masihkah kau ingin meraihnya? Tidak. Entah sebesar apapun kebahagiaan tersebut. Seseorang yang memilih tragedi untuk meraih kebahagiaan. Bahkan sekalipun ia tahu tragedi macam apa yang akan menimpan...