‡ Chapter III ‡ ~ "Memutuskan Rantai Tragedi"

4K 633 8
                                    

Luzel Berville sama sekali tidak kembali ke kediaman Berville selama seminggu ini.

Aku mendapatkan kabar dari Marchioness kalau Luzel Berville hanya akan kembali seminggu sekali, dia pasti bersungguh-sungguh untuk belajar lebih giat setelah melihatku yang bisa berpikir cepat. Tapi usahanya percuma, tidak ada yang lebih tahu tentang dunia ini selain aku.

Mengenai kasus penyelundupan budak yang sebelumnya kukatakan pada Marquess, tampaknya progress tersebut sudah dalam tahap tingkat dua. Jika begini pelaku sebenarnya pasti akan segera terungkap tanpa perlu kontribusi lebih lanjut dari Luzel Berville.

Aku mencoret satu hal di dalam catatan penyelamatku. Ngomong-ngomong dunia ini tidak memakai alphabet, developer membuatnya terpisah dengan dunia nyata. Dan entah bagaimana tampaknya perbedaan itu sama sekali tidak berpengaruh padaku — aku bisa memahami seluruh tulisan dengan baik.

Tok... Tok...

"Nona, saya sudah menyiapkan kereta kuda."

"Baiklah."

Aku bangkit dan menyembunyikan kembali kertas penyelamatku. Hari ini aku harus pergi ke toko pakaian untuk mengganti selera warna Lacie Berville. Meskipun dianggap sederhana, dalam dunia game, sebuah warna memiliki filosofi tersendiri. Dan meskipun Lyra menyarankanku untuk memesan lewat butik seperti yang biasa dilakukan Lacie Berville asli, aku tidak mau menyia-nyiakan uang untuk pakaian yang tidak akan kupakai ketika dewasa.

Entah akan kugunakan untuk apa, uang adalah hal terbaik yang bisa dipersiapkan untuk menghindari tragedi yang harus dilalui Lacie Berville di masa depan.

Dan untuk alasan itu, aku meminta Lyra untuk tidak memesan kereta kuda yang terlalu mencolok. Terutama karena aku pergi tanpa meminta izin pada Ibu Lacie Berville. Beliau pasti tidak akan mengizinkan putrinya untuk pergi kemanapun setelah tidak sadarkan diri beberapa waktu yang lalu. Dan aku tidak sesabar itu untuk melakukan apa yang harus segera kulakukan.

Ketika kereta kuda berjalan melalui beberapa tempat, aku hanya melihatnya sebentar karena tidak tertarik. Sekali lagi pemandangan ini sama sekali tidak asing buatku — game itu benar-benar satu-satunya yang kuingat.

Toko yang tidak dikenal.

Karena aku hanya memilih asal toko pakaian, tempat yang kudapati adalah toko sepi yang tidak banyak pengunjung karena berada di ujung jalan, Lyra bahkan tampak ragu saat aku bilang untuk menghentikan kereta kuda disini.

Ting!

"Selamat datang di Toko Carmeline, Nona pengunjung." seorang wanita yang tampaknya berusia 30 tahunan menyambutku dengan ramah.

Sebenarnya jika melihat karyanya dan harga yang ditetapkan melalui ukiran kayu, toko ini seharusnya dikenal banyak orang. Apakah alasannya karena tempat yang kurang strategis?

"Aku mencari pakaian dengan warna gelap, apa kau mempunyai rak khusus untuk itu?"

"Silakan ikuti saya."

Saat pemilik toko itu mengantarkanku ke sebuah rak khusus, aku hanya tersenyum menyeringai melihat jenis gaunnya. Kau tahu, benar-benar memperlihatkan selera seorang villain. Aku benar saat mengatakan warna sangat penting dalam game ini.

"Aku akan mengambil masing-masing satu untuk setiap model. Pembayarannya kuserahkan pada pelayanku Lyra. Ah, lalu untuk yang satu ini akan kupakai sekarang."

Aku menunjuk model gaun berwarna merah tua yang benar-benar sebuah refleksi dari villain sejati. Setidaknya protagonis tidak akan menggunakannya, bukan?

"Baiklah, terimakasih banyak nona pengunjung!" sahutnya antusias.

Lyra menatapku dengan pandangan bingung, itu karena waktu yang dibutuhkan untuk memilih pakaian ternyata tidak selama yang dipikirkannya.

No Longer A ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang