Aku bisa mendengar suara langkah kaki yang berisik datang dari luar kamarku. Tanganku untuk beberapa alasan berkeringat dingin.
Tenanglah Agatha, tidak akan ada yang tahu kalau kau bukan Lacie Berville.
Dugaanku benar adanya. Aku bisa melihat pasangan Berville datang dengan wajah cemas sambil memelukku erat — sejujurnya aku tidak membenci kehangatan ini. Tapi aku benci pada tatapan menusuk yang datang dari pandangan seseorang yang berdiri di dekat pintu sambil memasang wajah yang datar.
Luzel Berville — dia bahkan tidak mau repot-repot berpura-pura mengkhawatirkan adiknya. Walaupun aku tidak mengerti mengapa pasangan Berville mendatangiku, tampaknya aku hanya bisa menyimpulkan bahwa aku telah jatuh tak sadarkan diri agak lama.
Sayang sekali yang mereka peluk bukanlah Lacie Berville yang mereka kenal. Aku benar-benar telah merenggut kehidupan gadis ini tanpa alasan yang jelas.
"Saya baik-baik saja." aku melepaskan pelukan pasangan Berville sambil tersenyum paksa. "Jadi tidak perlu khawatir."
Ibu mengusap kepalaku sambil menggeleng, "Kau jatuh dari tangga sampai tidak sadarkan diri karena demam beberapa hari. Bagaimana bisa kami tidak khawatir."
Terimakasih banyak penjelasannya, sekarang aku paham situasinya. Ini ada di dalam selingan ekstra Secret Princess yang menjelaskan betapa kasarnya Luzel Berville.
Para pelayan hanya tahu kalau aku jatuh dari tangga. Tapi nyatanya, aku didorong oleh seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Luzel Berville. Dia pasti berharap kalau aku segera mati. Memikirkan bahwa sifatnya benar-benar kekanakan dibalik topeng wajah tanpa emosinya, aku benar-benar tidak bisa menjadi protagonis untuknya.
"Ayah, Ibu, sebenarnya saya tidak jatuh dari tangga. Saya didorong oleh Kakak."
Luzel Berville tersentak saat mendengarnya. Dia jelas tidak berharap aku akan menjadi pihak yang melaporkan.
Dan ya, itu memang yang terjadi pada Lacie Berville di dalam game. Dia seharusnya mengatakan 'itu hanya kecelakaan kecil, aku akan lebih berhati-hati mulai sekarang'. Tetapi aku bukan Lacie Berville, aku tidak akan membuatmu bisa nyaman memasang topeng tanpa rasa bersalah itu.
"Ibu, Ayah, aku tidak—"
"LUZEL!" Ayah Lacie Berville berteriak keras dengan mata yang tajam menatap Luzel Berville. Dalam sekejap dia diam seperti batu.
"Apa Lacie benar melihatnya?" tanya Ibu Lacie Berville.
"Iya, bu. Saya melihat dengan jelas kalau Kakak mendorongku."
Ibu Lacie Berville bergetar marah ke arah Luzel Berville. Ah, menyenangkan melihatnya menunduk ketakutan begitu. Mulai sekarang kalau kau melakukannya, kau bakal lebih sering merasakan perasaan saat ini.
"Tapi Ayah dan Ibu jangan marahi Kakak! Kakak pasti tidak sengaja mendorong saya karena ingin mengusir serangga di pakaianku."
Luzel Berville mendongakkan kepalanya dengan wajah terkejut melihatku.
Aku menyeringai.
Ada apa? Apa kau tidak pernah mengira kalau aku bisa menjadi sosok yang bermuka dua begini? Bukankah sebagai ahlinya kau harus bisa mengerti wajah ini dengan mudah?
Pasangan Berville itu menghela nafasnya lega. "Baguslah kalau kalian bisa akur, kami senang mendengarnya."
Aku tersenyum ceria sambil mengangguk.
"Kalau begitu, kami akan menunggu di bawah untuk sarapan. Lacie harus menunggu pelayan yang datang sebentar lagi ya."
Ibu Lacie Berville mengelus kepalaku dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer A Protagonist
FantasyJika kebahagiaan hanya bisa diraih dengan tragedi, masihkah kau ingin meraihnya? Tidak. Entah sebesar apapun kebahagiaan tersebut. Seseorang yang memilih tragedi untuk meraih kebahagiaan. Bahkan sekalipun ia tahu tragedi macam apa yang akan menimpan...