Kacau.
Perjalanan ini benar-benar kacau.
Aku melirik ke samping sambil memangku daku di jendela kereta kuda. Di hadapanku, sosok manusia yang sekarang berada di daftar paling kuhindari sedang menyilangkan kedua tangannya dan menyender di jendela seberang.
Singkatnya, hanya ada kami berdua di dalam kereta kuda ini.
Ketika kami hendak pergi, Marquess tiba-tiba mendapatkan laporan mendadak, alhasil Marchioness juga harus tinggal karena keluarga Duke memiliki seorang putri. Mereka akan menyusul kami nanti.
Bagaimana mungkin bagi kami menikmati hal seperti ini berdua? Hup, memikirkannya saja membuatku ngeri.
Sekarang, kami sama sekali tidak punya rencana untuk pergi kemana setelah turun dari kereta kuda. Dan aku tidak mengerti alasan mengapa ia mengikutiku dibandingkan memiliki perjalanannya sendiri.
Pemandangan tempat ini tidak asing, karena game Secret Princess yang kumainkan pernah mengambil latarnya sebagai romansa - kejadian klise festival, kembang api yang pecah di udara, dan heartbeat moment.
Lyra tidak datang bersamaku hari ini, alhasil aku tidak bisa memintanya membeli beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk masa depanku. Dan tampaknya, Luzel Berville tak mau melepaskan pengawasannya dariku.
Jadi... kemana aku harus pergi sekarang?
"Taman."
"Apa?"
"Ck. Ayah dan Ibu menyarankan kita untuk pergi ke taman."
Taman kota - apa dia akan sebaik taman di mansion Berville? Aku bertanya-tanya.
Dan ya - tentu saja ini disebut taman kota bukan tanpa alasan. Warna bunganya bermacam-macam dan banyak orang ramai.
"Kupikir sebaiknya kita tidak berada disini."
"Benar."
Untuk pertama kalinya aku setuju dengan perkataan Luzel Berville. Maka, kami memutuskan untuk pergi dari tempat itu.
{ ‡ ‡ ‡ }
Benar-benar tanpa rencana sama sekali.
Saat ini aku sedang melihat-lihat di dari luar etalase toko permata di depan jalan dan Luzel Berville sedang melihat toko persenjataan di etalase toko sampingnya.
Jujur saja, sepertinya tidak satupun diantara kami yang tahu caranya bersenang-senang.
Luzel Berville masih sibuk memperhatikan pedang yang berada di pajangan toko tersebut. Aku yang bosan, melangkahkan kakiku perlahan untuk mundur supaya bisa lepas dari pengawasannya.
Saat kupikir aku sudah berhasil lepas darinya. Suara berisik datang dari arah depanku. Dan ketika aku memahami apa yang sedang terjadi, di saat itu juga sudah terlambat bagiku untuk menghindar.
Ah, mungkin ini adalah konsekuensi perubahanku.
Kereta kuda yang kehilangan kendali tiba-tiba saja hendak menabrak tubuhku. Aku reflek menutup mataku dan berharap ini bukan termasuk kemalangan lainnya karena aku yakin hal seperti ini tidak terjadi di game Secret Princess.
BRAK!
Tubuhku terdorong ke samping dan kerumunan di jalanan berhasil menahan tubuhku.
Ketika aku melihat siapa sosok yang mendorongku dan apa yang terjadi selanjutnya, satu-satunya yang bisa kukatakan adalah - dia kerasukan - Luzel Berville barusan menolongku karena dia kerasukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer A Protagonist
FantasyJika kebahagiaan hanya bisa diraih dengan tragedi, masihkah kau ingin meraihnya? Tidak. Entah sebesar apapun kebahagiaan tersebut. Seseorang yang memilih tragedi untuk meraih kebahagiaan. Bahkan sekalipun ia tahu tragedi macam apa yang akan menimpan...