Suhu di Wilayah Glychess tidaklah sedingin kerajaan, karena itulah Rone yang biasanya bertugas untuk setidaknya membawa berlapis-lapis mantel ke tuan mudanya kini tidak memiliki apapun di tangannya. Lagipula saat ini Luzel Berville sedang menghabiskan waktunya di perapian kamar mansion karena harus memulihkan diri pasca demam.
Rone juga tidak memegang pedangnya, pedang itu disita oleh orang yang sedang dikawalnya—Marquess Berville—yang dulu lebih sering dia panggil Nona Lacie. Entah apa yang gadis itu pikirkan ketika melihat jadwal baru yang direvisi tuan mudanya, tapi jelas walaupun dia melakukan semuanya dan secara tak terduga dibantu oleh Keluarga Ghorlieth, itu bukan ekspresi yang mengungkapkan persetujuan.
Bahkan wajahnya yang sedang merenung melihat keluar jendela setelah Feiran Ghorlieth pergi tidak bisa ditebak. Entah apa yang saat ini dia pikirkan. Sama seperti yang tuan mudanya katakan ketika pertama kali Rone bertugas, Lacie Berville itu tidak mudah.
"Saudara perempuanku bukanlah Adik yang bisa kau rawat dengan mudah. Dia tidak mau mengakui dirinya lemah meskipun dia sebenarnya lemah. Dia selalu memaksakan dirinya, bahkan di waktu yang sulit sekalipun."
"Jika kau bertanya padanya apakah dia lelah, saudara perempuanku adalah seseorang yang selalu menjawab 'tidak, aku baik-baik saja'. Karena itu, kau harus memperhatikannya dengan benar. Dibandingkan bertanya atau mengatakan hal-hal yang membuatnya berpikir kau mengasihaninya, lebih baik langsung bertindak tanpa persetujuannya. Jangan biarkan dia memiliki kesempatan untuk mengatakan 'mengapa kau peduli?'."
Perkataan tuan muda hari itu terdengar dingin, lebih dingin daripada saat ia menunjukkan kebencian secara terang-terangan pada pangeran mahkota. Meskipun Rone telah bertahun-tahun menjadi pengawal pribadinya dan selalu menjadi orang terdekat yang melihat perkembangan tuan mudanya, Rone tetap saja tidak mengerti apakah ungkapan tersebut adalah sebuah nasehat atau sebuah peringatan. Karena seperti biasa, Rone tidak mengenal baik Lacie Berville yang hanya pernah dilihatnya sekali saat gadis itu berusia 12 tahun. Dan setelah mengawal beberapa waktu, Rone akhirnya mencapai sebuah kesimpulan subjektifnya.
Gadis ini—dia—tidak bertindak seperti gadis pada umumnya, dia sangat pintar, tenang dan berbeda, bahkan beberapa kali Rone melupakan fakta bahwa usianya baru saja menginjak 15 tahun. Daripada menyebutnya sulit untuk dirawat, bagi Rone lebih tepat menyebutnya tak perlu dirawat.
Rone sudah sering bersama seseorang yang jenius seperti tuan mudanya, jadi dia paham bahwa Nona Lacie tidak masuk ke dalam kategori tersebut. Meskipun begitu atmosfer yang diciptakannya sudah cukup untuk membuat rumor diantara pelayan dan para ksatria bahwa gadis itu tidak bisa disamakan dengan gadis pada umumnya. Dia bisa bersikap dingin, tak tersentuh, dan sulit diajak bicara. Terkadang dia juga bisa tenggelam dalam pemikirannya dan kemudian mengunci diri di kamar — seakan sedang diburu sesuatu.
Jika tuan mudanya adalah seseorang yang akan membunuh orang lain secara terang-terangan, gadis ini akan membunuh secara perlahan tetapi mematikan. Meskipun sifatnya tergolong luar biasa, Rone tidak suka saat kedua mata tersebut memandang dirinya. Rasanya seperti dibandingkan dengan seseorang yang tidak ia ketahui. Seakan-akan nonanya itu sedang melihat orang lain dan bukan dirinya.
Benar, contohnya seperti saat ini. Iris matanya berwarna merah keunguan seperti wine antik yang pernah ditawarkan padanya. Itu cantik, tetapi jelas memabukkan sehingga dia lebih memilih untuk menolaknya.
"Rone, bagaimana menurutmu tentang aku?"
Gadis itu bertanya dengan helaan nafas sesaat. Tetapi tanpa keraguan, Rone menjawab seakan dia sudah menghafal skripnya. "Reputasi nona untuk menekan bangsawan lain cukup kuat, saya yakin tidak akan ada yang merendahkan Anda sebagai Marquess di kerajaan."
"Aku tidak bertanya tentang itu. Aku bertanya tentang diriku sebagai Lacie."
Rone mengernyitkan keningnya bingung lalu tersenyum kaku setelah menyadari ke arah mana pertanyaan ini akan berakhir. "Semua tentang Anda luar biasa."
"...Rone, kau sedang tidak bertunangan dengan siapapun kan?"
"Saya adalah putra kedua, jadi pernikahan bukan hal yang menjadi kewajiban saya, Nona."
"Hm. Itu artinya melepas pertunangan juga tidak akan merusak reputasimu. Bagaimana menurutmu, Rone? Cerita mengenai pengawal dan gadis yang dikawalnya akan menjadi populer sampai Raja tidak akan bisa mengusiknya, kan?"
"...."
"Jangan hanya diam. Apa kau mau menjadi tunanganku?"
Seperti busur panah yang melesat di kepalanya, suara pintu yang terbuka dan tatapan sinis dari tuan mudanya membuat Rone yakin kalau hari ini dia mungkin saja akan mati. "Rone, ikut aku."
Luzel Berville menutup kembali pintunya dan menyilangkan kedua tangannya. Akhir-akhir ini Rone mencoba mengoreksi dirinya, entah apakah ada hal yang menyinggung perasaan nonanya sampai-sampai dia sering menanyakan hal seperti itu tiap kali tuan mudanya datang.
"Apakah Adikku melamarmu?"
"Marquess Lacie hanya bercanda, Tuan Muda."
Laki-laki itu mengernyit tidak senang, "Jadi kau berani menolak Adikku, huh. Kenapa?"
Rone tidak berani mengangkat kepalanya. Sepertinya saat ini apapun yang dikatakannya hanya akan memperburuk situasinya. Lalu ide gila itu tiba-tiba saja muncul saat dia melihat lantai yang berwarna putih. "Saya berniat menjadi ksatria templar, jadi saya tidak bisa menikah."
"? Begitu kah. Berusahalah...?"
"Ah, iya, saya akan berusaha..."
Hari itu Rone secara impulsif mengubah masa depannya. Meski ini akan terjadi di masa depan, ada hukum yang menolak keputusannya. Tapi itu masih masa depan yang jauh. Karena setidaknya tujuan Rone untuk berhenti menarik sumbu diantara kedua Berville, berhasil dia selesaikan di hari yang sama.
{I-II.I-I.II-III}
KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer A Protagonist
FantasyJika kebahagiaan hanya bisa diraih dengan tragedi, masihkah kau ingin meraihnya? Tidak. Entah sebesar apapun kebahagiaan tersebut. Seseorang yang memilih tragedi untuk meraih kebahagiaan. Bahkan sekalipun ia tahu tragedi macam apa yang akan menimpan...