‡ Chapter XXIX ‡ ~ "Goresan Kuas yang Semu"

526 102 4
                                    

Chapter ini akan sedikit panjang, disarankan untuk yang memiliki kesibukan tidak membacanya sekarang. Terimakasih!

{‡ ‡ ‡}

Lukisan adalah wujud hipnotis dalam dunia seni.

Aku tidak ingat dimana mendengarnya. Hanya saja, kupikir, pernyataan barusan tidak salah. Sampai detik ini aku tidak pernah berpikir bahwa satu goresan saja akan mengganti eksistensi kanvas berwarna putih.

Sulit untuk dipahami? Ya, tidak masalah, aku juga baru menyadarinya saat melihat lukisan di mansion khusus keluarga Hayden, sebuah suasana artistik, penuh warna, yang jelas tidak dikenal mansion Berville. Daripada disebut lukisan, bukankah ini mirip dengan tempat aslinya?

"Menurut rumor, keluarga Berville tidak begitu menyukai lukisan. Itulah alasan mengapa kalian selalu menolak potret keluarga dan tidak punya lukisan di kerajaan." Zevil berbicara disebelahku dengan senyuman, "Benar?"

Dan aku tidak mengerti apa yang membuat dia berpikir kalau aku akan memberikannya jawaban.

"Entahlah. Aku tidak punya opini tentang rumor itu, aku tidak tahu, dan aku juga tidak peduli."

Mendengar responku, Zevil kemudian tertawa. "Tuan putri, kau memang tak akan memberikanku informasi secara gratis, eh?"

Tentu tidak. Jujur saja, sampai detik ini aku tidak pernah memikirkan apapun yang bukan urusanku. Bunga Verbena di taman yang tidak menginterpretasikan lambang keluarga, pertemuan sosial yang tidak pernah diadakan di mansion, ataupun pikiran Marchioness dalam mengurus kediaman kami. Baik seleranya, warna kesukaannya, apa yang ia pikirkan — aku tidak pernah tahu dan aku tidak ingin tahu. Tidak ada yang diceritakan dalam game Secret Princess tentangnya. Tetapi, tentu aku tidak bisa menyangkal bahwa satu-satunya lukisan yang ada di mansion Berville hanyalah lukisan di pemakaman.

Benar, aku tidak tahu alasannya.

Tanpa memberikan balasan akan responnya, aku kembali duduk di sofa. Zevil bekerja untuk Avarise dan sudah menjadi tugas seorang informan untuk mencari informasi dan itulah alasannya tak perlu menjadi cukup dekat dengan pedang bermata dua ini. Setelah semua ini selesai, maka usai juga hubungan kami.

"Berapa lama aku harus menunggu?" tanyaku yang membuat Zevil mengedikkan bahunya seraya mengambil satu set tempat teh di rak depan kami dan menuangkannya di atas cangkir seakan-akan sedang berada di kediamannya sendiri.

"Siapa yang tahu? Ini pertama kalinya dia bertemu dengan perempuan setelah sekian lama. Jadi butuh waktu baginya untuk menyiapkan diri."

"Mengapa ini pertama kalinya?"

"Kau tidak tahu?" Zevil meletakkan cangkir teh di depanku. "Alrich tidak terbiasa dengan perempuan. Dia hampir tidak pernah berbicara, menyentuh, bahkan bertatapan dengan mereka selain ibunya sendiri." Kemudian ucapan selanjutnya diiringi dengan senyuman tanpa dosa. "Dengan kata lain — situasi seperti ini adalah mimpi terburuknya."

Setelah mengatakan kondisi khusus Alrich Hayden, secara implisit Zevil tersenyum seperti mengatakan bahwa Keluarga Hayden punya alibi untuk keluar dari daftar tersangka. Entah dia melakukannya hanya sebagai provokasi atau iseng belaka. Yang jelas dia tak mungkin membawaku sejauh ini hanya untuk mengerjai Alrich Hayden - seberusaha apapun dia mencoba membuatnya seperti itu, aku tidak akan tertipu dan aku juga tidak menyukai teh.

"Dia tidak suka teh, Zevil."

Tangan dengan sebuah cincin di jari manisnya itu mengambil cangkir teh yang sebelumnya diletakkan Zevil. Saat aku menoleh, itu adalah Alrich Hayden yang sudah mengganti pakaiannya dengan penampilan yang lebih kasual serta membawa peralatan lukis dan kertas sketsa ditangan kirinya.

No Longer A ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang