Part 11

2.1K 92 17
                                    

            “ Kata orang, cinta datang karena terbiasa, lalu bagaimana jadinya kalau cinta bercampur luka datang disaat yang tak biasa?”

━━━━━━━━━━━━━━━

Detik berganti menit, menit berganti jam, siang sudah berganti malam, dan hari pun sudah berganti minggu.  Semuanya tampak baik dengan seiring berjalannya waktu.

Ariel yang awalnya tidak dapat mengendalikan perasaannya terhadap Tristan, kini sudah bisa mengendalikannya. Bahkan tidak segan untuk memanggilnya dengan panggilan Papa. Teror yang selalu membuatnya cemas pun entah mengapa selama seminggu ini tidak terjadi. Sehingga membuatnya merasakan aman, tetapi bukan berarti dirinya akan lengah. Dia tetap akan waspada apabila si peneror melakukan tindakan berbahaya. Apalagi yang mengetahui akan hal ini hanya dirinya dan si trio es saja. Membuatnya sedikit waspada.

Hari-hari Ariel kini dipenuhi kebahagiaan dengan adanya kedua orang tuanya yang selalu ada dikala dirinya membutuhkan. Viona yang awalnya menolak keputusan Tristan yang menyuruhnya untuk resign agar bisa lebih fokus mengurus keluarga, pada  akhirnya ia  luluh dan memilih untuk berdiam diri di rumah membagi waktu untuk mengurus keluarga kecilnya.

Disaat Ariel pergi ke kampus atau bermain bersama teman-temannya dan juga Tristan yang berangkat ke kantor, Viona yang selalu merasa kesepian di rumah sebesar ini pun memutuskan untuk membuat tamannya sendiri di sekitar pinggir pekarangan serta di beberapa tempat yang kiranya cocok jika ditanami oleh  tanaman dan beberapa bunga pilihannya.

Keluarga kecil itu semakin harmonis saja dari sekian hari ke hari. Tidak ada pertengkaran yang bisa membuat mereka saling mendiamkan satu sama lain. Pertengkaran itu mutlak dalam sebuah keluarga. Tanpa adanya pertengkaran, sebuah keluarga tidak akan berwarna.

Sama seperti halnya mereka, bertengkar hanya karena hal sepele sehingga membuat suasana ruang makan terasa  ramai.  Ariel yang entah sedang mencari apa sehingga harus membuat keributan dipagi ini berteriak dari dalam kamarnya berharap sang Mama cepat datang membantu.

Karena tidak mendapati sang Mama datang, akhirnya Ariel berjalan keluar  menuju ke ruang makan yang rupanya sudah ada Tristan disana yang tengah duduk tenang sambil menikmati secangkir kopi hitam buatan sang istri. Lalu mendapati sang Mama yang tengah menyiapkan masakan yang sudah matang ke wadah.

"Pantas saja teriakan ku tidak digubris," batin Ariel menggerutu kesal.

"Ma,"

Mendengar suara  putrinya membuat Viona menoleh dan tersenyum manis. Bukan hanya Viona saja, Tristan pun sama seperti Viona. Dia tersenyum kala melihat Ariel yang tengah berjalan mendekat meja makan dengan raut cemberut. Hal itu membuat Tristan dan Viona mengerutkan keningnya bingung.

Viona berjalan menghampiri putrinya yang sudah duduk di kursi meja makan.

"Ada apa, hem? Kenapa putri  Mama cemberut seperti ini?"

Ariel tidak mengindahkan pertanyaan lembut sang Mama, kini dirinya tengah kesal berkali-kali lipat kepada Mamanya ini.

Karena tidak mendapat sautan dari putrinya, Viona kembali bertanya.

"Ariel,"

Dengan kesal Ariel menatap kearah Viona dan Tristan bergantian. "Diantara kita bertiga tidak ada orang lain yang tinggal di rumah ini. Dan besar kemungkinan kalau diantara kalian berdua yang menyembunyikan handphone milik ku. Dan itu tidak mungkin aku karena aku lah pemilik nya. Jadi, siapa yang menyembunyikan handphone  ku?"

Viona yang sudah mengetahui bahwa hal ini akan terjadi sejak awal pun menatap suaminya yang tetap  fokus pada berkas-berkas ditangannya seolah tidak mengetahui apa-apa.  Viona kembali menatap tajam suaminya sehingga mau tidak mau membuat Tristan yang sedari tadi  berpura-pura tidak tau pun menoleh, lalu menghembuskan nafas kasar sambari tangannya  merogoh jas nya mengeluarkan benda persegi panjang itu lalu menaruhnya diatas meja.

Ex Boyfriend Is My StepfatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang