Ariel berlari tanpa arah di bawah derasnya hujan yang mengguyur. Lagi-lagi ia hanya bisa berlari, terus berlari dan berlari. Mungkin sebutan pengecut pantas melekat dalam dirinya. Ya, ia memang pengecut! Sayangnya ia tidak peduli lagi dengan semua itu. Karena baginya, lari adalah jalan terburuk. Namun ia suka itu.Kini, di bawah derasnya hujan yang tengah mengguyur kota. Menjadi saksi betapa pengecut dan lemahnya seorang Ariel. Bahkan rasanya ia malu, malu dengan keadaan dirinya yang lemah. Dengan sekuat tenaga, ia mencoba berdiri. Lantas ia tatap langit, menengadahkan wajah keatas dengan mata terpejam erat, kemudian terlintas satu tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi. Dengan tubuh menggigil, ia berusaha untuk berdiri. Melangkahkan kaki jenjang ini menapaki jalan berlapiskan aspal menuju tempat yang kini memenuhi benaknya.
Beberapa jam menempuh perjalanan yang cukup jauh, tibalah Ariel di tempat tujuan. Langsung saja ia edarkan pandangannya ke sekeliling, menatap satu persatu gundukan tanah yang basah tersiram hujan. Hingga, langkah kakinya berhenti disalah satu gundukan tanah yang ditancap nisan dan tertera nama seseorang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya terpampang jelas di sana. Ariel menatap nanar nisan itu, seketika tubuhnya goyah, kemudian tubuhnya ambruk tepat di samping gundukan tanah itu. Dengan derai air mata, Ariel memeluk nisan itu.
"Hiks ... Pa-papa ...."
Dengan sesenggukan ia terus memanggil ayahnya seolah sang ayah berada di hadapannya. Dengan tangis yang menjadi, Ariel terus berbicara. Menumpahkan keluh kesahnya di hadapan makam sang ayah. Karena baginya, sosok ayah dihidupkannya sangatlah berarti, dan itu tidak akan terganti.
Namun, disela-sela tangis. Tiba-tiba suara seseorang mengejutkannya. Sontak Ariel membalikkan tubuh dan melihat siapa gerangan yang bersuara.
"Teruslah menangis, aku suka tangis keputusasaan mu itu."
"Hiks ... s-siapa kau?"
"Malaikat maut mu," ujarnya seraya menyeringai menakutkan.
Ariel terkejut, sontak ia segera berdiri. Firasatnya mengatakan bahwa ia dalam bahaya, dan dengan spontan ia sedikit melangkah mundur. Guna menjaga jarak diantara mereka.
"Apa maksudmu?" tanya Ariel sembari mengusap sisa-sisa air mata.
Sosok berbalut jubah hitam serta topeng yang menutupi sebagian wajahnya itu menatap Ariel, kemudian seringainya semakin lebar.
"Tatapan menderita Ayah mu itu sungguh menyenangkan bagiku," ujarnya seraya mengangkat balok kayu dan menyanggahnya di pundak.
Ariel semakin melangkah mundur kala pandangannya menangkap balok kayu yang ada di tangan sosok itu. Rasa aman yang tadi sempat hinggap pun seketika meluap, tergantikan dengan rasa takut yang mendominasi diri.
"Takut heh?" ejeknya disusul kekehan.
"Tidak akan pernah."
Sosok itu kembali menatap Ariel, tatapannya kali ini begitu tajam. Entah apa yang dia pikirkan, yang pasti saat ini Ariel hanya ingin segera pergi dari sini. Dilihatnya sekitar, tak ada siapa-siapa. Hal itu tanpa sadar membuat Ariel berdecak kesal.
Kepada siapa aku harus meminta tolong, Tuhan? batinnya takut.
Disela-sela ketakutannya, sosok itu sudah tidak ada saat ia melihat kedepan. Lagi-lagi hal itu membuat Ariel terkejut, ia edarkan pandangan ke sekeliling, namun tidak ia temukan sosok itu. Dengan perasaan bercampur aduk beserta pikiran yang sudah tidak bisa berpikir jernih, segeralah ia tinggalkan tempat itu.
Namun, saat membalikan tubuhnya berniat untuk lari, ia kembali dikejutkan oleh sosok tadi yang kini telah berdiri tegap di hadapannya. Tubuhnya bergetar ketakutan, lututnya pun terasa lemas, walau begitu ia tetap berusaha untuk berdiri tegap. Sosok itu semakin mendekat, dan ia pun mundur. Lama-lama langkah kakinya semakin lebar, dan tanpa aba-aba ia berlari secepat mungkin. Mencoba melarikan diri dari sini. Namun, tanpa disangka. Rasa sakit seketika menjalar di kepala akibat rambut yang ditarik kebelakang dengan paksa. Rupanya sosok itu berhasil menangkap dirinya. Hal itu membuat Ariel tanpa sadar terpekik kaget sekaligus sakit secara bersamaan. Dengan tubuh yang bergetar, Ariel mencoba melepaskan cengkeraman sosok itu dari rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Boyfriend Is My Stepfather
RomanceMenceritakan tentang kesalahpahaman dalam suatu hubungan yang berakhir perpisahan. Dan setelah 5 tahun kemudian,mereka yang pernah menjadi sepasang kekasih itu harus dipertemukan dengan keadaan yng berbeda.Dimana sang pria yang dulu pernah menjadi k...