Part 22

1.6K 78 48
                                    

Happy Reading


Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar menggema di dalam kamar yang dimana penghuninya masih terlelap dalam mimpi. Sesaat suara itu menghilang, suasana kamar kembali senyap. Namun, itu tidak bertahan lama. Karena sedetik kemudian suara kunci diputar pun terdengar semakin cepat, seolah orang yang berada di luar sudah kehabisan kesabaran untuk menunggu sahutan dari dalam.

Tidak lama, terdengar suara pintu yang dibuka dengan pelan kemudian disusul suara bisik-bisik beberapa orang mulai terdengar jelas. Akan tetapi, hal itu tetap saja tidak menggangu kedua gadis yang kini masih terlelap begitu nyamannya.

"Nona, bangunlah," ucap salah satu pelayan sembari menggoyangkan tangan seseorang yang dipanggilnya nona.

"Eghh, tujuh menit lagi. Aku janji," sahutnya pelan, namun masih betah memejamkan mata.

"Maaf, Nona. Tuan sudah menunggu lama kalian berdua."

Mendengar kata 'Tuan', sontak gadis itupun terbangun. Dengan mata terbuka lebar menatap sekeliling kemudian menjatuhkan tatapannya pada orang-orang asing di hadapannya. Dia mengernyit heran, kemudian memijat pelan kepalanya yang dirasa sakit sembari mengingat-ingat kejadian semalam. Merasa ingatannya telah pulih, dia pun menghela nafas lega. Setidaknya hal-hal aneh yang sempat ia bayangkan tidak pernah terjadi.

"Nona Ariel?"

Ariel menoleh, menatap wajah perempuan yang ia rasa adalah salah satu kepala pelayan rumah ini melihat dari seragam yang dia kenakan berbeda.

"Aku akan membangunkan teman ku dahulu, setelahnya kami akan menyusul ke bawah."

"Tidak, Nona. Tuan menyuruh kami untuk membantu kalian bersiap-siap."

Ariel menatap bingung kepada pelayan itu, kemudian berkata, " Apa maksudmu dengan membantu bersiap-siap? Apakah itu ... termasuk dengan membantu mandi dan sebagainya?"

"Iya, Nona Ariel."

"Ah, ya ampun. Aku masih bisa mandi sendiri. Jadi, kumohon kepada kalian untuk kembali saja mengurus pekerjaan kalian yang tertunda."

"Tapi, Nona ...."

"Tidak ada tapi-tapian. Sekarang bisakah kalian pergi?"

Dengan sedikit keras kepala, kini Ariel benar-benar terpaksa harus bersikap tidak sopan seperti ini kepada orang-orang ini yang diperkirakan usianya lebih tua dari dirinya. Bukan apa, hanya saja dirinya merasa tidak nyaman jika diperlakukan bagaikan seorang ratu seperti ini. Rasanya itu sungguh aneh dan menggelikan.

"Baiklah, Nona. Kami permisi dulu."

"Hm, iya."

Melihat mereka sudah pergi, langsung saja Ariel membangunkan Laras yang masih terlelap.

Sementara itu, di meja makan Earln masih setia menunggu Ariel dan Laras yang masih belum juga menampakkan wajahnya. Dengan tangan yang sibuk mengotak-atik benda pipih di tangannya, sesekali dia melirik lantai atas. Berharap yang dia tunggu-tunggu segera muncul. Namun, ketika tatapannya mengarah ke atas, bukan Ariel dan Laras yang dia dapatkan, melainkan para pelayan yang dia suruh untuk membantu mereka bersiap tengah kini tengah menuruni anak tangga.

Melihat tatapan tuan nya yang menunggu penjelasan, langsung saja mereka menundukkan kepala. Kemudian kepala pelayan yang berdiri diantara mereka pun mengangkat pandangannya dan menatap hormat tuannya.

"Nona Ariel menolak kami untuk membantu bersiap. Dia mengatakan akan bersiap-siap sendiri, Tuan," ucapnya kemudian menundukkan kepalanya kembali.

"Sudah ku duga. Kalian kembalilah."

Ex Boyfriend Is My StepfatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang