Part 36

504 40 18
                                    

Happy Reading

Suara sirine polisi dan ambulan memecah keheningan malam. Orang-orang tampak berkerumun sembari berdesak-desakan demi memenuhi rasa penasaran. Hujan rintik-rintik hadir seolah menjadi pelengkap malam yang terasa mencekam.

Suasana disalah satu jalan raya di ibu kota tampak ramai, berbagai macam orang bahkan tak jarang beberapa kendaraan ikut berhenti demi menghilangkan rasa penasaran mereka.

Sebuah insiden tidak terduga membuat dua orang pengendara mobil dalam bahaya. Saat kejadian, orang-orang yang berada di lokasi bahkan tak sempat untuk sekedar berteriak menghentikan.  Sementara truk yang menjadi penyebab kecelakaan tersebut tanpa rasa bersalah melaju kencang meninggalkan buah dari perbuatannya.

"Minggir! Beri jalan, saya keluarga korban!"

"Minggir!"

"Hei, tolong beri jalan. Kami keluarga korban!"

Terlihat beberapa orang pria mencoba membelah kerumunan, tidak jarang sebuah umpatan keluar lantaran rasa kesal karena tidak diberi jalan sementara mereka sudah diliputi perasaan kacau dan harus segera menyelamatkan keluarga mereka.

"Ariel ... Vio. Viona!"

"Tristan, kendalikan dirimu."

"Mereka berdua ada di mana, Gab! Bagaimana aku bisa tenang?!"

Penampilan Tristan benar-benar berantakan, dasi, kerah baju, kancing atas, dan rambutnya sudah tidak terlihat seperti saat dia bertemu Ariel beberapa jam lalu.

Mendengar kabar bahwa mobil yang dikendarai Ariel dan Viona mengalami kecelakaan, tanpa berpikir panjang segera Tristan bergegas menuju lokasi. Untungnya Arya yang juga mendengar kabar tersebut dengan tanggap langsung menghubungi beberapa orang yang dekat dengan keduanya. Sehingga beginilah sekarang, Gabriel, Liam, Brian, dan Poy ikut datang ke lokasi kejadian.

"Pak polisi, dimana kedua perempuan yang berada di dalam mobil ini sekarang?" tanya Poy ketika melihat salah satu petugas lewat. Dari pada ikut kacau seperti yang lain dengan mencari dan mengamuk tidak jelas, akan lebih membantu jika menanyakan langsung kepada petugas yang ada.

"Anda keluarga korban?"

Poy mengangguk cepat, dia pun menatap tak sabar pada petugas itu.

"Korban sudah dibawa oleh ambulan sepuluh menit yang lalu, kemungkinan sekarang hampir sampai di rumah sakit. Anda bisa pergi ke rumah sakit untuk informasi lebih lanjut."

Poy terdiam sejenak, raut wajahnya berubah lega. "Terima kasih, Pak."

Petugas polisi tersebut tersenyum, kemudian mengangguk sebelum pergi melanjutkan pekerjaannya.

Merasa lega karena Ariel dan Viona sudah dibawa ke rumah sakit, Poy mengusap wajahnya sebagai tanda syukur. Dia menoleh, menatap pada teman-teman dan tiga orang lainnya.

"Ariel dan Bunda Viona sudah dibawa ke rumah sakit. Lebih baik kita pergi ke sana sekarang. Tidak ada gunanya mengamuk dan menjadi gila seperti itu. Ck, bagaimana bisa kalian tidak malu dengan kegilaan yang kalian buat?" Selepas mengatakan itu, Poy langsung berjalan menuju mobilnya dan melaju meninggalkan lokasi kejadian.

***
Berbagai peralatan medis memenuhi ruangan, para dokter berpakaian hijau tampak serius melakukan pekerjaan mereka. Terlihat beberapa bulir keringat sebesar biji jagung memenuhi kening walau sudah beberapa kali diusap.

Detik demi detik terus berlalu, hari semakin malam. Suasana terasa semakin mencekam, bukan perihal hantu atau sebangsanya, melainkan ketegangan dan rasa khawatir yang menguar memenuhi udara sehingga membuat tempat itu terasa mencekik leher.

Ex Boyfriend Is My StepfatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang