Part 21

1.5K 76 15
                                    

Happy Reading

Sesampainya Ariel dilokasi yang dikirimkan oleh Laras, sejenak sebelum masuk kedalam ia mengernyit heran. Ia coba mengecek alamatnya kembali, mungkin ia salah melihat. Namun sudah berulang kali ia cek, tetap tidak menemukan kesalahan. Benar, ini tempat yang Laras beritahukan.

Club De' Lacrie

Dengan sedikit keraguan, Ariel memijakkan kaki pada teras Club. Di depan sana terlihat dua pria bertubuh kekar berpakaian serba hitam dengan kaca mata yang bertengger di mata berdiri tegak seolah menyambut para tamu. Saat ia akan menerobos kedua penjaga, langkahnya dihentikan secara tiba-tiba. Hal itu membuat Ariel bingung, lantas ia bertanya.

"Apakah ada yang salah?"

"Bisa anda perlihatkan kartu identitas anda, Nona?" Perintah pria disebelah kanan mengabaikan pertanyaan Ariel.

Dengan patuh Ariel mengeluarkan kartu identitas miliknya dan menyerahkan kepada pria itu. Terlihat pria itu dengan teliti membaca setiap kalimat dikartu itu, kemudian menyerahkan kembali kepada Ariel.

"Silahkan masuk, Nona. Maaf jika membuat anda merasa tidak nyaman." Pria itu bergeser, mempersilahkan Ariel untuk masuk. Tanpa menunggu lagi, Ariel buru-buru masuk ke dalam.

Keningnya mengernyit kala memasuki tempat ini. Karena, bau alkohol serta suara dentuman musik yang pertama kali menyambut kedatangannya.

"Aroma ini adalah aroma yang sangat tidak ku sukai. Cih!"  Ia mengedarkan pandangannya, melihat dengan teliti sudut demi sudut ruangan. Tak mendapatkan apa yang ia cari, ia memutuskan untuk mencari lebih kedalam.

Menoleh kesana-kemari, mendatangi meja-meja, bahkan sampai mendatangi toilet pun tetap tidak menemukan keberadaan Laras. Rasanya Ariel ingin menangis. Sudah memaksakan ego untuk tetap memasuki tempat ini, hingga pemandangan tak senonoh pun ia lihat. Dan kini ... Laras tidak ketemu juga. Dengan langkah gontai serta perasaan yang tidak menentu, Ariel berjalan ke sudut ruangan yang belum ia datangi tadi.

Di sudut ruangan itu, cahayanya memang terlihat redup. Namun tak memungkiri bahwa tidak ada orang di sana. Ketika langkahnya semakin mendekat, samar-samar suara aneh tertangkap indera pendengarannya. Ariel penasaran, walau bukan pertama kali ia mendengar suara ini, namun tetap saja ia penasaran. Dengan langkah perlahan, Ariel semakin dekat dan dekat. Hingga, pemandangan panas pun terpampang nyata tanpa sensor di ujung sana. Ariel terkejut sekaligus heran. Ditempat seramai ini kedua insan itu tanpa rasa malu saling berpadu kasih, bahkan orang-orang yang berlalu lalang pun tak mencoba untuk menegur . Mereka terlalu acuh, menganggap hal itu seolah sudah biasa.

"I-ini ... sepertinya a-aku salah telah memasuki tempat terkutuk i-ini."

Ditengah-tengah rasa terkejut yang masih menguasai, tiba-tiba dari belakang ada tangan yang menutup matanya. Seolah mencegah Ariel untuk melihat hal itu. Dapat Ariel rasakan pemilik tangan ini membawa dirinya menjauh entah kemana.

"Kau seharusnya tidak melihat pemandangan seperti itu, Nona," ucapnya berbisik pelan ditelinga Ariel, kemudian tak lupa mengecup leher jenjang Ariel singkat. Hal itu lantas membuat kesadaran Ariel kembali, ia pun terlonjak kaget. Kemudian menjauhkan tubuhnya dari sosok yang kini berdiri menjulang di hadapannya.

Ariel menatap marah kepada sosok itu. "Kau siapa? Beraninya bersikap tidak sopan begitu kepada seorang perempuan yang baru kau kenal?!"

Bukannya merasa bersalah, pria asing itu justru tersenyum. Entah apa yang membuatnya tersenyum, dan apa pun itu Ariel tidak peduli.

"Hei! Aku berbicara dengan mu, Tuan."

"Baiklah maafkan aku, Nona. Aku, hmm ... aku hanya memenuhi rasa penasaran ku saja." Mendengar penuturan pria asing ini, semakin membuat Ariel bingung.

Ex Boyfriend Is My StepfatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang