Part 32

454 26 3
                                    

"Kisah yang dimulai namun tidak diselesaikan, pada akhirnya hanyalah sebuah mimpi yang tak nyata."

Ex Boyfriend is My Stepfather

***

Lika-liku kehidupan manusia memang rumit. Semua tidaklah mudah, bahkan bisa dibilang itu adalah jalan tersulit yang harus mereka lalui demi bisa bertahan hidup. Teman, keluarga, bisa mereka khianati demi bisa bertahan hidup. Mereka bisa saja dengan terpaksa memilih jalan yang salah dan dimanfaatkan hanya dengan iming-iming hidup yang nyaman. Orang yang berkuasa dengan mudah mengendalikan pikiran polos orang-orang yang tak berdaya, bisa dibilang bahwa mereka itu kejam. Nyatanya, semua itu benar-benar terjadi di dunia ini.

"Agris, mau sampai kapan kau terus duduk di luar, Nak? Kau bisa kedinginan. Ayo cepat masuk ke dalam."

Seseorang yang dipanggil Agris itu tidak menyahut, dia hanya diam dengan pandangan kosong. Entah apa yang sedang dia lihat saat ini, hanya saja ada satu yang orang-orang tahu. Dia memandang super heronya.

"Agris?"

"Papa kehujanan, tapi Mama tidak menyuruhnya masuk justru malah menyuruhku. Apa kalian sedang bertengkar?"

Gadis yang dipanggil Agris itu menoleh, menatap sayu wajah mama nya.

Melihat putri nya yang seperti ini, jelas membuatnya merasa sesak. Dia berfikir harus bagaimana saat ini. Rasanya sudah tidak sanggup lagi.

"Apa maksudmu? Tentu saja Mama menghawatirkan Papa. Tapi, bukankah Papa sudah besar? Dia bisa menjaga dirinya sendiri sayang," jelasnya, sembari menahan isakan yang hendak keluar. Dia tidak ingin putri nya melihat dia yang lemah. Dia harus kuat demi Agris putri kecilnya.

"Kalau begitu, aku ingin cepat besar supaya aku bisa menjaga diriku sendiri. Jika aku bisa menjaga diriku sendiri maka Mama akan ku jaga. Aku dan Papa akan menjaga Mama," ujar gadis kecil itu dengan penuh keyakinan di matanya.

Karena tidak sanggup menahan perasaan yang sebentar lagi akan membeludak, segeralah dia tarik tubuh mungil itu ke pelukannya. Kedua bahunya meluruh, disusul air mata yang mengalir membasahi wajah.

Siapa yang mengira, gadis berusia sembilan tahun harus belajar sendiri bagaimana memahami perasaan orang lain. Bahkan dia sendiri harus mengubur dalam-dalam semua perasaan yang dia miliki. Menjadi orang yang tidak berperasaan dan harus menjadi dewasa sebelum waktunya itu sungguh membebankan. Selama dua tahun ini dia harus belajar memakai topeng agar tidak ketahuan wajahnya dan terbiasa hingga dewasa nanti. Tapi, pertanyaannya apakah topeng itu akan bertahan dari pukulan benda yang keras?

"Aku tahu, aku tahu, aku tahu, aku tahu, aku ... aku benci ini semua! Papa bilang apa ya waktu itu, ah, bahkan hal kecil seperti ini saja aku lupa. Papa, beritahu aku jalan keluarnya. Aku bingung," lirihnya, pelan.

***

"Agris, kau baik-baik saja sayang?"

Wajah Viona muncul dari balik pintu, dia sedang mencari putrinya karena sudah lima menit belum juga turun untuk sarapan. Akhirnya dihampiri juga kamar putrinya itu. Namun, ketika dicari di sana justru tidak ada siapapun.

"Agris? Kau dimana sayang?"

Perlahan-lahan langkahnya mulai memasuki kamar putrinya itu. Kira-kira sudah berapa lama dia tidak masuk ke kamar putri satu-satunya ini ya? Ah, sepertinya sudah lama sekali. Terakhir kali sejak insiden teror itu. Setelahnya sudah tidak lagi, mungkin karena dia juga sibuk dan sering menghabiskan waktu di luar.

Memang benar, semenjak papa nya Ariel meninggal semuanya terasa berubah. Untuk berlama-lama di rumah ini pun rasanya tidak sanggup. Berada di rumah ini mengingatkan kenangan-kenangan indah kami bertiga, rasanya masih tidak rela. Perasaan hangat yang tersebar di rumah ini pun secara perlahan mulai pudar, suasananya terasa dingin dan suram. Padahal ada banyak orang di rumah ini namun, tetap saja belum mampu mengisi kekosongan yang sudah terlanjur tertanam di rumah ini. Itulah mengapa dia tidak terlalu suka berlama-lama di rumah ini.

Ex Boyfriend Is My StepfatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang