Part 30

698 33 1
                                    

Happy Reading

****

Sesuai pesan yang Ariel terima, hari ini mereka akan bertemu untuk membahas lebih lanjut perihal percakapan semalam yang belum sempat diselesaikan. Sejak pagi pikirannya terus dipenuhi berbagai pertanyaan seputar orang-orang di sekelilingnya. Ada perasaan terkejut dan tidak habis pikir dengan apa yang ia lihat, sedangkan selama ini semuanya berjalan begitu normal tanpa ada lubang yang mencoba melukai dirinya. Tapi, tetap saja karena mereka adalah manusia yang bahkan bisa kapan saja memperlihatkan lubang hasil galian mereka yang selama ini tertutup rapat.

Tuk!

Sebuah botol dingin mendarat di kening yang refleks membuatnya mendesis.

Ariel menoleh lalu menatap kesal pada orang yang kini tengah terkekeh, seolah merasa senang dengan tindakannya barusan.

"Tidak lucu dan duduklah."

Lawan bicaranya pun mengangguk patuh sebagai respon. Dia meletakkan botol yang dia pegang ke meja kemudian duduk menghadap Ariel.

"Kau merusak suasana. Padahal niatku ingin memecah suasana suram ini," keluhnya dengan nada yang dia buat mirip anak kecil.

Ariel yang mendengarnya pun tak tahan untuk memukul kepala orang itu. " Dengan usiamu yang sudah hampir kepala tiga ini, tingkah seperti itu sangat tidak cocok dengan mu."

"Baiklah nona muda."

"Hei, hentikan. Sudah ku katakan aku tidak suka panggilan itu, jadi jangan kau ulangi lagi."

"Baiklah, nona muda. Saya tidak akan ulangi lagi hahaha."

Melihat raut wajah Ariel yang sudah kesal, dia pun menghentikan kekehannya. Terlihat dari pergerakan tangannya, dia  mengambil sesuatu di balik saku jas yang sudah dia siapkan sejak awal kemudian meletakkannya di atas meja.

Sepertinya benda tersebut sangat menarik atensi Ariel terbukti dari  rautnya yang kini langsung berubah.

"Kau pasti mengenal ini," ujarnya, tatapannya menatap tajam Ariel. Raut wajah orang itu mulai serius. Berbanding terbalik dengan beberapa detik lalu.

Ariel tidak menjawab, tetapi jika melihat tatapan matanya siapa saja pasti tahu bahwa gadis itu sedang terkejut.

"Iya. Informasi semalam yang ku berikan, berhubungan dengan benda ini," ujarnya sekali lagi.

"Apa ini sungguhan, Kak?" Pertanyaan Ariel sungguh berbeda dengan perasaannya saat ini. Sangat jauh berbeda sekali.

Dia berdecak, sebelum kemudian bangkit dan bersiap pergi meninggalkan meja itu. Tapi, genggaman erat di tangannya dengan terpaksa membuat pergerakannya terhenti. Dia melirik sekilas, sebelum kemudian melepaskan genggaman tangan tersebut.

Sebelum benar-benar pergi, dia mengatakan sesuatu.

"Dengan bukti yang ada kau bisa memasukkannya ke penjara. Ini pun kembali lagi kepadamu. Keputusan yang akan kau ambil menentukan nasib kedepannya."

"Aku pergi dulu. Tugasku sudah selesai, ku harap untuk beberapa waktu dekat ini kita tidak berhubungan terlebih dahulu. Sejak kemarin perasaan ku tidak enak. Terlebih ada orang asing yang setiap malam selalu mengintai di dekat rumah ku."

Pria itu memakai kembali masker dan topi yang membuatnya sulit dikenali. Sejak tadi tingkahnya memang terlihat aneh, dia selalu bersikap waspada walaupun tidak secara langsung. Namun masih dapat Ariel rasakan.

Saat ini fokusnya kembali ke awal. Ia kembali memikirkan mengenai perkataan pria itu barusan. Jika dilihat, ini bukanlah suatu pilihan yang rumit. Namun, bukan pilihan yang mudah juga. Ia akan memikirkan baik-baik masalah ini. Apapun yang akan ia ambil nanti, semoga saja menjadi keputusan terbaik.

Ex Boyfriend Is My StepfatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang