"Arti pertemanan dan persahabatan itu berbeda. Mereka memiliki maknanya sendiri. Makna yang tak pernah kita sadari, sehingga sering membuat kita salah mengerti.”
******
Entah hanya perasaan Ariel saja atau memang suasana kelas begitu ramai pagi ini. Setelah beberapa hari tidak masuk sepertinya Ariel sudah melewatkan sesuatu.
"Ariel!"
Ariel merasa dipanggil pun menoleh ke arah suara. Dan benar saja, disana tepatnya dikursi belakang sudah ada sahabat laki-lakinya yang melambai kearah dirinya berada.
Langsung saja Ariel berjalan melangkah mendekat kearah mereka.
"Hai," sapa Ariel sembari duduk dikursi yang kosong.
"Ada apa?" Ariel menatap ketiga pria dihadapannya kini.
"Seharusnya kita yang bertanya begitu, ada apa?" tanya laki-laki berparas tampan dengan wajah khas Asia-Eropa itu menatap Ariel lekat dengan tangan yang masih memegang buku.
Ariel menatap bingung Brian.
"Tunggu, maksud kamu apa Bri? Aku tidak paham?"
"Ma–"
"Maksud Brian, ada apa dengan kamu hari ini, Riel?"
Brian yang ucapannya dipotong oleh Poy berdecak kesal.
"Ck, jangan memotong ucapan orang Poy. Tidak sopan," desis Brian sambil menatap tajam Poy yang justru dibalas kekehan.
"Hehehe, baiklah. Maafkan aku Bri, aku khilaf."
"Ck, khilaf terus."
"Jadi maksudnya, apa?"
Ariel bertanya lagi.
Poy menatap ke arah Brian agar menjelaskan, namun Brian sudah terlanjur kesal dengan Poy sehingga hanya diam menanggapi. Poy yang mengerti pun, akhirnya menjelaskan kepada Ariel.
"Ada apa Riel? Apa yang sudah terjadi? Kita tau pasti ada yang tidak beres dengan kamu. Mata kamu sudah menjelaskan sebagian, sekarang tinggal mulut kamu yang harus menjelaskan semuanya." Poy dengan wajah datarnya menatap Ariel serius.
Ariel yang merasa seperti sedang diintrogasi hanya bisa menghela nafas kesal. Ini sudah biasa, tidak sekali dua kali saja. Sudah berulang kali seperti ini. Semenjak dirinya menjadi mahasiswa kampus ini dan tidak sengaja bertemu dengan mereka dan akhirnya menjadi teman akrab, mereka selalu mengetahui apa yang sedang dirinya alami. Mereka sungguh peka sekali. Mungkin karna sudah dekat dan hafal sifat masing-masing.
Sungguh, tidak dipungkiri bahwa rasa nyaman itu ada ketika Ariel bersama mereka. Mereka selalu menjadi tempat berkeluh kesah dirinya. Dan mereka selalu menjadi pendengar dan pemberi solusi yang baik. Mungkin dari situlah Ariel lebih suka menghabiskan waktu bersama mereka dibanding dengan Laras dan Bulan.
Brian, Poy, dan Liam. Ketiga laki-laki yang menawarkan sebuah pertemanan kepada Ariel. Walau sudah berpuluh kali Ariel tolak, mereka tidak pernah menyerah agar bisa mendapatkan jawaban 'iya' yang keluar dari mulutnya. Hingga kini mereka sudah memiliki gelar sebagai sahabat Ariel, namun bagi Ariel sendiri, dia sudah menganggap mereka seperti kakaknya sendiri.
Mengingat perjuangan mereka dulu, membuat Ariel tersenyum samar. Sungguh, jarang sekali ada manusia seperti mereka ini. Dulu, Laras dan Bulan saja tidak seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Boyfriend Is My Stepfather
RomanceMenceritakan tentang kesalahpahaman dalam suatu hubungan yang berakhir perpisahan. Dan setelah 5 tahun kemudian,mereka yang pernah menjadi sepasang kekasih itu harus dipertemukan dengan keadaan yng berbeda.Dimana sang pria yang dulu pernah menjadi k...