Happy Reading
***
Disaat sebagian orang tengah berduka atas kehilangan orang yang mereka cinta, dilain sisi mereka tengah berpesta akan keberhasilan mereka. Rencana yang tak seberapa tapi mampu menghidupkan cahaya yang dulu sempat redup.
Terkadang, orang yang kita kira jahat sebenarnya belum tentu jahat. Mereka itu termasuk orang baik, sama seperti para tokoh protagonis yang kita lihat dan baca selama ini. Mereka menjadi jahat karena sebuah masa lalu yang mereka alami. Masa lalu yang begitu kejam dan menyeramkan yang membuat mereka dihantui rasa bersalah dan rasa sakit yang kian hari kian menyiksa dada. Sehingga menciptakan percikan api yang semakin lama semakin membara dan melahap kewarasan mereka.
Mereka hanya ingin bahagia, mereka ingin menjalani hidup seperti kebanyakan orang yang terlihat bahagia tanpa beban dan dendam dihidup mereka. Mereka ingin menjadi baik jika bisa. Tapi, keadaan lah yang menuntut mereka menjadi seperti ini. Menjadi kejam dan tak berperasaan bahkan tak segan melenyapkan nyawa orang. Karena, bagi mereka sudah tidak ada lagi keadilan di dunia ini. Semua itu sudah mulai terkikis dan akan punah. Pada akhirnya, ke-egoisan, ambisi, peperangan, pertumpahan darah, kambing hitam, dan kejahatan lainnya yang akan menjadi raja di dunia yang tua ini.
Dia tersenyum samar sembari sesekali menghisap batang rokok yang terselip dikedua jarinya. Pandangannya menatap lurus ke depan. Matanya tak lepas menatap lekat pada air yang berjatuhan dari langit. Sudah seminggu ini hujan terus mengguyur bumi. Membuat udara di sekitar terasa dingin dan mengharuskan orang-orang untuk mengenakan pakaian hangat.
Disela-sela ketenangannya, dari arah luar kamar terdengar suara kenop pintu yang dibuka. Kemudian disusul suara langkah kaki yang mendekat. Dia tahu siapa itu. Dari aroma parfum yang tercium sudah dapat dia kenali.
Terasa pergerakan lembut di punggung yang kemudian disusul dekapan hangat yang melingkar erat di pinggangnya. Dia paham situasi ini. Namun, dia lebih memilih untuk mendengarkan dan menunggu penjelasan dari Viona.
"Ada apa?" tanyanya dengan nada yang tenang.
Tidak ada sahutan. Hanya gumaman yang dia dapatkan, sebelum kemudian dapat dia rasakan hembusan nafas di tengkuknya. Seketika membuat tubuhnya meremang.
"Hentikan, Viona," desisnya tak nyaman.
Tangannya mencengkram pergelangan tangan si pelaku agar menghentikan perbuatan yang mana akan berakhir mengenaskan.
"Aku merindukanmu ... dan aku ingin kau menghabiskan waktu untukku," bisik Viona tepat di telinga Tristan. Dengan sesekali menggigit kecil di sana.
Tristan yang mengerti kemauan istrinya pun langsung membalikkan tubuh menjadi menghadap Viona. Dia tarik pinggang Viona agar semakin merapat padanya.
"Kita selalu disibukkan oleh pekerjaan dan beberapa masalah yang berdatangan. Kali ini aku ingin egois, Tristan. Aku tidak ingin mengalah lagi. Biarlah kau menganggap diriku buruk, namun, aku hanyalah seorang wanita yang juga ingin merasakan kasih sayang dari suamiku. Apakah itu salah?" Viona menatap Tristan sayu, tak sedikitpun mengalihkan pandangannya.
Setelah mengatakan semua yang ada di hatinya, hal itu membuat dirinya merasa lebih baik. Seakan beban pikirannya terasa terangkat.
Tak ada jawaban dari Tristan. Dia hanya memandang wajah itu. Wajah yang tak sesuai dengan usianya saat ini. Wajah yang selalu memikat hatinya. Dan wajah yang dia lihat ketika membuka mata pasca kecelakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Boyfriend Is My Stepfather
RomanceMenceritakan tentang kesalahpahaman dalam suatu hubungan yang berakhir perpisahan. Dan setelah 5 tahun kemudian,mereka yang pernah menjadi sepasang kekasih itu harus dipertemukan dengan keadaan yng berbeda.Dimana sang pria yang dulu pernah menjadi k...