Part 39

403 23 0
                                    

Happy Reading


"Kau sudah menemukan pelakunya, Briel?"

Sudah hampir satu jam Tristan dan kedua temannya menghabiskan waktu di depan laptop guna mencari pelaku kecelakaan yang menimpa Viona dan Ariel tempo hari. Namun, sampai saat ini belum juga menemukan titik terang.

Sebenarnya ini bukan pekerjaan sulit bagi Tristan dan kedua temannya, mengingat bahwa mereka sudah terbiasa melakukan pekerjaan seperti ini. Melakukan pencarian identitas seseorang tidak akan sulit jika dikerjakan mereka, hanya saja kali ini entah mengapa rasanya begitu sulit. Seakan ada pihak tinggi yang menyembunyikan si pelaku tabrak lari. Rasanya aneh, seakan semua ini sudah direncanakan sejak awal. Namun, Tristan tidak ingin mengambil keputusan secara sepihak seperti ini. Sebelum benar-benar menemukan bukti, dia akan terus mencari.

"Aku hanya menemukan mobilnya saja, sementara si pengendara tidak ditemukan," jawab Gabriel masih dengan raut serius menatap laptop.

Tristan yang semula fokus dengan pencariannya sontak berdiri dari kursi. Cepat-cepat dia menghampiri meja Gabriel.

"Kenapa tidak bicara dari tadi." Gabriel hanya terkekeh canggung sambil menggaruk kepalanya.

"Lihatlah," ujar Gabriel sembari menunjukkan hasil pencariannya.

Vito dan Tristan mengamati mobil yang terekam cctv di salah satu jalan pinggir kota yang sempat Gabriel lacak.

"Kau tidak salah kan?" tanya Tristan memastikan. Sorot matanya memicing tajam.

Gabriel menatap Tristan jengah, kemudian tangannya bergerak mengotak atik laptopnya lalu memperlihatkan kepada Tristan.

Mata Tristan membola kala melihat wajah seseorang yang dia kenal tertangkap kamera cctv.

"Dia ...."

"Yap, kau benar. Dia Hugo. Orang kepercayaan Senio." Bukan Gabriel yang menjawab, melainkan Vito.

Vito berdiri kemudian berjalan mendekati kedua temannya. Raut wajah Vito telah berubah menjadi serius.

"Menurut ku kejadian ini berhubungan dengan Senio. Atau bisa dibilang, ini memang sudah direncanakan pria licik itu," terang Vito sembari terkekeh geli.

Informasi yang baru Tristan dapat sungguh membuat dirinya terkejut. Tidak pernah terpikirkan olehnya sejak awal. Walaupun hubungan diantara mereka tidak baik, Tristan pikir pria itu hanya akan mengusik bisnisnya saja. Sementara keluarga tidak benar-benar termasuk dalam daftar.

Terlalu banyak mendapat kejutan tak terduga, tanpa sadar hal itu membuat kepalanya berdenyut nyeri. Tangannya pun terangkat guna memijat pelipisnya.

Tristan mendudukkan dirinya di sofa. Kini raut wajahnya berubah serius, tatapnya berubah tajam.  "Permainannya sudah terlalu jauh, dan kita juga sudah terlalu lama tidur."

Vito dan Gabriel yang paham dengan situasi pun langsung menatap Tristan. Mereka tampak serius, sembari menunggu kalimat apa yang akan pria itu keluarkan.

"Vito, suruh mata-mata yang kau tempatkan di perusahaan dan mension pria itu untuk bergerak. Dan Gabriel ... gunakan kemampuan mu untuk meretas seluruh sistem dan cctv perusahaan maupun mension pria itu."

"Baik, dimengerti."

"Sementara itu aku akan membuatnya terlihat menyedihkan."

Bersamaan dengan selesainya Tristan mengatakan itu, tiba-tiba suara benda jatuh terdengar. Sontak hal itu membuat mereka terkejut. Bola mata Tristan mencari asal suara. Namun, saat melihat siapa pelakunya helaan nafas panjang terdengar mengiringi decakan keras dari sang empu.

Ex Boyfriend Is My StepfatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang