Part 40

1.2K 42 9
                                    

Part 40 up! Spesial Idul Adha. Jadi, buat part selanjutnya harus nunggu beberapa hari dulu ya. Jangan lupa ramaikan kolom komentar dan klik lope gaes. Semakin banyak yang komentar dan like, semakin cepat up. Karena, komentar dan ♡ kalian bisa bikin hati dan mood author jadi cerah. Sementara untuk saat ini, hati author lagi mendung. Jadi, gak up lagi (⁠ノ⁠◕⁠ヮ⁠◕⁠)⁠ノ

••••

Happy Reading

Satu Minggu sudah dilewati oleh Ariel. Selama satu Minggu ini pun hari-harinya benar-benar membosankan. Hanya duduk, jalan-jalan memutari ruang rawat, lalu makan sambil mendengarkan musik. Benar-benar mirip seperti orang yang dipenjara.

"Mama kapan datang ya? Aku benar-benar mati kesepian di sini," gumamnya pada dirinya sendiri.

Saat ini Ariel sedang melakukan aktivitas rebahan sembari mendengarkan musik dari salah satu band kesukaannya sejak dulu. 1D. Sementara itu, untuk mengusir rasa bosan, kakinya dia gerakkan secara acak. Terkadang sesekali menendang-nendang angin, terkadang beralih bergerak rancu.

"Brian, Poy, dan Liam sedang apa ya? Mereka sudah jarang datang ke sini. Poy. Anak itu terakhir kali datang sekitar tiga hari lalu. Dasar. Mereka benar-benar jahat. Bagaimana bisa mereka tidak menjenguk temannya yang sedang sakit ini? Apa sekarang level pertemanan mereka sudah berubah karena kondisi ku sudah begini?" Raut wajahnya tiba-tiba berubah murung dan suasana hatinya benar-benar kacau.

Semenjak teman-temannya jarang berkunjung, pikiran jahat sering bermunculan. Terkadang dia merasa bahwa sudah tidak ada yang akan peduli lagi dengannya. Melihat kondisinya benar-benar menyedihkan. Namun, Viona selalu datang dan menghibur Ariel. Yah, untuk saat ini ucapan mamanya adalah yang utama.

"Hai, sayang."

"Akhk!"

Suara yang tiba-tiba saja terdengar sontak membuat Ariel terkejut. Dan hal itu tanpa sadar membuat Ariel yang tidak siap harus menyenggol gelas yang berada di nakas.
Suara pecahan gelas yang beradu dengan lantai pun terdengar. Tak lama kemudian suara pintu yang dibuka dengan tergesa-gesa serta derap langkah seseorang ikut terdengar. Suaranya terdengar jelas, bersamaan dengan suara-suara lain yang terdengar begitu khawatir. Namun, saat ini telinganya seketika tuli. Dia tidak mempedulikan suara-suara itu, dia masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

"Ya ampun sayang, kau baik-baik saja? Apa yang sebenarnya sedang kau pikirkan, hm? Kau benar-benar membuat mama begitu khawatir."

Tubuh Ariel ditarik ke dalam pelukan Viona. Tangan wanita itu tampak bergetar, terlihat jelas ketika tangannya mengusap surai hitam putrinya. Berbanding terbalik dengan suaranya yang mencoba menenangkan Ariel. Suaranya begitu lembut dan penuh perhatian.

"Aku sudah menyuruh perawat untuk membersihkan pecahan gelasnya. Sebelum semua ini dibersihkan, kalian jangan lewat sebelah sini."

"Terima kasih sayang," ujar Viona yang segera disambut sebuah senyuman manis dari Tristan.

Tidak berselang lama, para perawat datang bersama petugas kebersihan. Para petugas pun mulai melakukan pekerjaannya sementara seorang perawat mengecek kondisi Ariel. Takut-takut terjadi sesuatu kepada pasien nya. Dirasa aman dan lantai sudah bersih, mereka pun pergi.

"Aku terkejut, sungguh."

Viona menoleh ke arah putrinya, lantas dia pun tersenyum dan sebelah tangannya bergerak untuk mengusap surai hitam Ariel.

"Yang terpenting kau tidak terluka."

"Terima kasih Ma," ujar Ariel dengan senyum di bibirnya.

Dari jauh, Tristan memperhatikan interaksi antara anak dan ibu tersebut tanpa sadar membuat dirinya sedih. Ya, dia sedih. Dan penyebabnya? Dia tidak tahu. Perasaannya saat ini benar-benar sulit diartikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ex Boyfriend Is My StepfatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang