Part 19

1.6K 73 21
                                    

Happy Reading

Ariel terbangun dengan keadaan yang tak bisa dikatakan baik. Kedua matanya terlihat sembab, sedangkan rambutnya berantakan dan jangan lupakan kepalanya yang terasa sakit. Ia memejamkan mata mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi semalam. Namun ketika ingatannya menangkap kepingan kejadian semalam, tiba-tiba dadanya kembali sesak.

Sejenak ia coba tenangkan dirinya, setelah itu dengan langkah gontai Ariel mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi.

Selang beberapa menit, kini Ariel sudah terlihat lebih baik. Ia menatap penampilannya dicermin, setelah dirasa cukup ia menghembuskan nafas sekali lagi sebelum turun kebawah untuk sarapan.

Sementara itu, di meja makan sudah tersaji beberapa masakan yang tertata rapi. Disana terlihat Tristan dengan setelan formal seperti biasa sudah stay sembari menikmati kopi pagi yang dibuatkan Viona.

"Sayang. Bagaimana hari mu selama aku tidak ada di rumah? Kau pasti merindukan ku, iya kan? Terbukti semalam kau tidak membiarkan aku istirahat barang sejenak pun," goda Viona kepada suaminya.

Tristan meletakkan cangkir kopi nya, dia menarik pergelangan tangan Viona kuat. Sehingga membuat Viona terjatuh dipangkuan Tristan yang langsung disambut Viona dengan mengalungkan tangannya pada leher Tristan.

"Emm ... kau paling mengerti aku." Kecupan singkat hinggap di bibir Viona, sontak membuatnya tersipu malu.

"Melihat pipi mu tersipu begitu membuat ku semakin ingin memakan mu," goda Tristan sembari mengusap pipi Viona.

"Ehem."

Deheman keras dari Ariel membuat Viona terkejut, sontak ia segera turun dari pangkuan Tristan. Terlihat sekali Viona salah tingkah, karena jarang sekali dia ketahuan putrinya saat tengah bermesraan dengan sang suami. Sedangkan Tristan, dia justru bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa. Melihat tingkat keduanya, Ariel hanya mampu memandang mereka datar.

"Mama kapan pulang? Mengapa tidak memberitahu terlebih dahulu?" tanya Ariel untuk memecahkan suasana yang terasa canggung.

Viona tersenyum sembari menyiapkan piring putrinya. "Mama pulang kemarin sore, dan rencananya Mama mau membuat kejutan untuk mu. Tapi gagal total." Viona melirik jengah Tristan yang ditanggapi tersenyum mengejek.

"Emm, begitu ya."

Mereka mulai menyantap sarapan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, hanya suara dentingan sendok yang beradu dengan piring menjadi pemecah keheningan.

Dalam diam, Ariel terus mengumpati sikap Tristan yang suka berubah-ubah. Kemarin menggoda dirinya, sekarang justru mengabaikan dirinya. Sebenernya apa mau pria itu sih?! Bukankah sikap seperti itu yang justru terlihat mempermainkan perasaan orang lain?

Ah, memikirkan ini membuat kilasan kejadian semalam terulang.

Ariel meletakkan sendok sedikit kasar, sehingga menciptakan bunyi yang langsung mengalihkan perhatian mereka kepada Ariel.

Viona mengernyit heran, karena tidak biasanya putrinya itu seperti ini. "Kenapa tidak dihabiskan, sayang? Masakan Mama kurang enak, ya? Apa perlu Mama masakkan lagi untuk Agris?"

Ariel tersenyum tipis menanggapi perkataan Mama. "Masakan Mama enak kok. Tidak ada yang salah dengan masakan Mama, hanya saja ... Ariel memang sudah kenyang, Ma. Maaf, tadi aku bersikap begitu."

"Syukurlah kalau Agris suka masakan Mama, tapi kau hanya baru menghabiskan setengahnya saja, lho? Dan untuk sikap Agris tadi, Mama tidak marah kok." Melihat sikap mama yang perhatian seperti ini, Ariel jadi teringat kenangan saat papa masih hidup. Mereka dulu terlihat bahagia sekali, bahkan tidak terpikirkan bahwa dirinya dan mama akan kehilangan papa. Karena dulu keluarga mereka sangatlah harmonis, bahkan bisa dibilang keluarga mereka hampir tidak ada pertengkaran sama sekali.

Ex Boyfriend Is My StepfatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang