15. breakfast

195 85 1
                                    

Happy reading!

******


Kean baru selesai siap siap untuk berangkat ke kantor. Dia sedikit membenarkan dasinya sambil menatap kearah cermin yang panjang.

Walau menatap cermin, raut wajahnya masih seperti biasa. Yaitu datar.

Kean mengambil ponselnya saat mendengar sebuah notifikasi yang masuk ke ponselnya.

Dahi Kean berkerut samar, membaca pesan tersebut.

+6208156×××

+6208156×××
Kean, Ini Tante Lia. Mamanya Diva. Temannya mama kamu. Kamu kalau dirumah tidak ada makanan. Ke rumah Diva saja. Tante ijinkan.

Tanpa disadari, sebuah senyuman dibibir Kean muncul. Lalu dia membalas pesan itu.

Me
Iya tante.

Setelah nya Kean langsung pergi. Memang dirumah tidak ada makanan karena art nya libur.

Kean tadi berniat untuk makan dikantor, tapi tidak jadi karena ini.

Kenapa bisa tepat sekali? Batin Kean.

Dengan segera Kean memasuki mobil, dan melajukan nya menuju rumah Diva.

****

Diva hendak makan, namun tidak jadi karena suara bel rumah yang terus berbunyi. Looking

"Ish! Siapa sih itu?!" Decak Diva, mau tak mau dia pergi untuk membukakan pintu.

"Siapa sih! Berani banget ganggu gue?!" Teriak teriak Diva saat membuka pintu.

Mata Diva melotot saat melihat Kean yang berdiri didepan pintu dengan wajah dinginnya. Membuat Diva langsung menutup mulutnya.

"Pak Kean?! Kenapa bisa kesini?" Tanya Diva dengan sedikit ngegas.

"Saya mau bicarakan tentang kasus kamu dan...makan" jawab Kean.

"Apa?! Kau sudah gila pak Kean? Bahas kasus jam enam pagi?! Please ini saya belum mandi! Dan untuk makan, saya gak ijinkan ya!" Jelas Diva.

"Saya sudah lihat jam, dan saya sudah mendapatkan ijin" kata Kean.

"Mengada ada saja kau ini Pak Kean. Saya gak pernah bilang boleh ya!" Pekik Diva. dia akan menutup pintu, namun ditahan Kean.

"Bukan kamu, tapi mama kamu" ujar Kean.

"Jangan mengada Ngada!" Pekik Diva lagi.

"Sebentar" Kean merogoh saku jasnya dan mengambil ponsel. Dia mencari chat dari mama Diva tadi. Lalu menunjukkan nya pada gadis ini.

"Sudah lihat kan?" Kata Kean yang menunjukkan chat itu. Dia lantas memasukkan ponselnya ke saku kembali.

"Udah gila! Enggak!" Tolak Diva.

Astaga! Punya dosa apa aku sama engga mahh jerit Diva dalah hati.

"Pak Kean ih!" Teriak Diva, dia kewalahan mengusir Kean. Jika saja ada bi Ningsih pasti sudah diusir. Namun bi Ningsih masih dipasar .

First Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang