42. pelaku teror selama ini

89 13 1
                                    

Happy reading

*****

Diva membuka matanya secara perlahan, dia merasakan kepala nya terasa amat sakit dan berat.

Diva hendak memegang kepalanya dengan tangan, namun tidak bisa. Ternyata tangannya diikat dibelakang kursi.

Diva juga baru tersadar mulut nya tertutup oleh lakban berwarna hitam. Kakinya juga ternyata diikat membuatnya susah bergerak.

Diva mengedarkan pandangannya, ruangan ini minim cahaya. Cahaya paling terang berasal dari lampu yang ada diatasnya, menyinari dirinya.

Diva pun menggerakkan tubuhnya membuat kursi yang diduduki nya ikut bergerak, menimbulkan suara hentakan.

"Tooolong" Diva susah bicara karena lakban yang menutup mulutnya itu.

Namun Diva tetap berusaha untuk meminta tolong.

"Siiapapun to..long" suara Diva terdengar sangat lirih.

Suara yang ditimbulkan dari terbuka nya pintu membuat Diva berucap syukur.

"Si..apapun ka..aa..mu ak..u mo...h..on tool...ong ak..u"

Mendengar ucapan Diva sontak membuat orang yang masuk tadi terkekeh.

"Lo gak sadar? Siapa gue?" Tanya cewe itu.

Diva menggeleng sebagai jawaban, dia pikir cewe ini akan menolongnya. Namun firasat Diva mengatakan hal lain, saat melihat pakaian dari cewe didepan nya ini.

Walaupun cahaya nya minim, Diva masih bisa melihat jelas pakaian cewe itu.

"Gue Alea" ucap Alea dengan senyum tipis.

Diva berusaha mengingat, nama itu nampak familiar di ingatan nya. Namun gagal, Diva malah merasakan kepala nya sakit.

Diva lagi lagi menggeleng membuat Alea berdecih.

Dengan tak berperasaan, Alea membuka lakban dimulut Diva membuat gadis itu meringis. Bibir Diva sedikit robek karena nya.

"Lo siapa sih?!" Pekik Diva setelahnya, dia merasakan rasa anyir dibibirnya. Sepertinya bibir kecilnya itu mengeluarkan darah.

"Lo itu beneran gak ingat atau pura pura bego sih?" Tanya Alea sedikit menghina.

"Gue bener bener gak ingat apapun! Jangan jangan Lo yang culik gue ya?!" Tuduh Diva dengan marah marah.

"Santai, kalau emang gue kenapa?" Tanya Alea sembari menarik sudut bibirnya, tersenyum miring.

"Sialan! Apa yang Lo mau dari gue hah? Harta?!" Pekik Diva.

Alea berdecih, "Lo emang ga beda jauh ya sama orang tua Lo, memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya." Ujarnya.

"Maksud Lo apa hah?!" Diva bertambah tidak terima saat orang tua nya ikut dibawa bawa.

"Oh ya gue juga yang teror Lo selama ini lho" ujar Alea kelewat santai.

Diva mendelik, "gila Lo ya! Lo harus bayar itu semua pokoknya gue ga mau tau!" Diva memberontak, tapi bukanya lepas badan nya malah terasa sakit semua karena ikatan pada bangku itu sangat kuat.

"Lepasin gue bangsat!" Teriak Diva meronta.

"Diam, atau Lo akan menyesal" ujar Alea memperlihatkan sebuah pisau lipat.

Melihat itu, Diva langsung diam.

"Tenang aja, gue cuma mau kasih tau Lo sesuatu sangat penting, yang terjadi dimasa lalu Lo" ujar Alea, dengan senyum miring tentunya.

First Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang