22 . Peringatan dari Kean

186 61 0
                                    

Happy reading!

******

Bi Ningsih kembali kerumah Diva saat masih petang, sekitar jam lima subuh. Namun saat hendak masuk ke dapur, dia terkejut melihat seseorang didapur.

Bi Ningsih bersembunyi dibalik dinding saat orang itu menoleh ke belakang. Sedangkan Kean yang melihat tak ada orang dibelakangnya, dia lanjut menyeduh kopinya dengan air panas.

Ini orang pasti mau maling batin bi Ningsih, dia mengangguk anggukan kepala membenarkan kalau yang dilihatnya itu adalah maling.

Bi Ningsih melirik kesana kesini mencari sesuatu untuk menangkap maling itu, dia melihat sapu lidi yang berada tak jauh darinya.

Dengan mengendap endap, bi Ningsih mengambil sapu itu.

"Kau akan merasakan akibatnya karena maling dirumah ini" gumam Bi Ningsih lalu segera menghampiri orang yang diyakini maling.

"MALING!!!" Teriak bi Ningsih mengangkat setinggi tinggi sapu itu.

Sedangkan Kean yang mendengar teriakan itu langsung berbalik, dan alangkah kagetnya dia saat sapu lidi itu mendarat tepat diwajahnya.

"Akh!" Pekik Kean kesakitan saat bi Ningsih memukulnya lagi, matanya sedikit sakit karena tergores lidi itu.

"HEI MALING! BERANINYA KAU MEMASUKI RUMAH INI?!! APA KAU MAU MATI HAH?!" teriak bi Ningsih terus memukul Kean menggunakan sapu lidi yang mulai patah karena mengenai badan kekar Kean.

"Saya bukan maling!!" Pekik Kean membela diri, dia memunggungi wanita itu agar saat dipikul hanya punggungnya saja yang kena.

"MANA ADA MALING NGAKU! MALING NGAKU PENJARA PENUH GOBLOK!!" teriak Bi Ningsih yang semakin brutal melayangkan sapunya pada Kean. Walau sudah menginjak untuk 50 tahun lebih, tapi tenaganya tak main main.

"BENAR, SAYA BUKAN MALING! HADUH! TOLONG BERHENTI!" Kean masih berusaha untuk menghentikan wanita tua itu, namun hasilnya nihil.

"HEI MALING! GAK SEKOLAH KAU? SAMA ORANG TUA NGELAWAN!" bi Ningsih masih saja melayangkan sapu lidi itu.

"Ada apa ini?!" Pekik Diva datang, dia terbangun dari tidurnya karena suara berisik yang mengganggu.

"MALING DIVA! ADA MALING! AYO AMBIL SAPU BUAT GEBUKIN!" Jawab Bi Ningsih sambil berteriak, tangannya masih saja digunakan untuk melayangkan sapu lidi itu.

"STOP BI! ITU BUKAN MALING, DIA PENGACARA DIVA!" pekik Diva menghentikan bi Ningsih saat melihat yang dipukuli bi Ningsih, rupanya Kean. Jika tak dihentikan, mungkin pengacara itu bisa babak belur.

Bi Ningsih sontak menghentikan aksinya, dia menatap Diva "apa?"

"dia pengacara Diva, bukan maling" kata Diva lagi, dia segera mendekat mengangkat Kean yang tersungkur dilantai.

"Oh ini pengacara Diva.." gumam Bi Ningsih.

Kean, pengacara itu menatap Bi Ningsih dengan tatapan sulit diartikan, tubuhnya terasa remuk semua, namun wanita tua itu hanya membalas dengan ucapan 'oh'.

Diva mendudukkan Kean pada kursi yang ada dimeja makan, Kean terlihat kehabisan tenaga. Lantas Diva pun mengambil kopi yang tadi dibikin oleh Kean.

"Nih pak Kean minum dulu" ucap Diva menyodorkan gelasnya.

Kean mengangguk lalu mengambil alis gelas ditangan Diva. Dia melotot saat melihat luka luka ditangan Kean, ini pasti karena terkena lidi yang tajam.

First Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang