Bertahan Hidup

896 45 3
                                    

Hai, Hai. Assalamu'alaikum.
Apa kabar nih?
Semoga sehat selalu ya  readers kesayangan author ☺

Bagaimana cerita sebelumnya? 🤭
Semoga suka ya. And kalau gak suka tinggal diskip, okay!

Happy reading yeorobun📖
Salam hangat, DeZa💙❤

࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇

Dada bergemuruh karena rasa takut yang melingkupi. Mataku ditutup menggunakan kain berwarna hitam. Ingin menangis dan berteriak pun percuma.

Semoga saja ada kesempatan untuk kabur. Ya, itu pasti ada. Aku harus tetap tenang dan mengikuti keinginan mereka saja.

"Di mana dia?" Suara seorang wanita terdengar. Aku hanya mampu terdiam tanpa mengeluarkan suara. Aku yakin bahwa sekarang akan diserahkan kepada pembeli itu.

"Ini dia, dia masih sangat muda pasti harganya tidak sedikit bukan?" Terasa sebuah tangan menyentuh pergelangan tangaku. Aku yakin bahwa itu Mira. Semoga saja ada kesempatan dalam perjalanan nanti untuk kabur, ya Tuhan tolong Elza.

"100 juta, bagaimana?" tanya si pembeli. Astagfirullah, sekarang aku seperti barang saja. Bibirku kelu tak bisa mengatakan apa pun. Hanya nama Devan yang selalu kusebut di sela-sela doa.

'Ian, please datang. Kalau kamu tidak datang maka aku akan marah.'

"Ok, deal." Transaksi itu akhirnya disepakati. Salah satu dari mereka mendorong tubuhku untuk dimasukkan ke dalam mobil.

Tak berapa lama. Kurasakan mobil bergerak meninggalkan tempat aku disekap selama satu minggu lamanya. Keringat dingin membanjiri dahi dan telapak tangan, jangan tanya mengenai degup jantungku, di sana bertalu tak karuan karena begitu ketakutan tak memiliki kesempatan untuk kabur.

"Eum, Putri boleh minta tolong bukain tutup mata Putri, mata Putri perih," ucapku memohon sembari mengangkat tangan yang diikat membentuk postur memohon.

"Buka penutup matanya!" pinta wanita tadi yang melakukan transaksi kepada orang-orang jahanam itu.

Akhirnya mataku terbebas dari kegelapan. Akhirnya, aku bisa mengatasinya–fhobia gelapku sekarang sudah tidak terlalu parah. Mungkin kegelisahan mengahalau semua itu.

Aku menatap dua orang pria bertubuh tambun yang sedang mengawasiku. Aku berpikir bagaimana caranya aku bisa kabur dari mereka ketika ikatan ini terlepas.

Sepertinya aku harus mengambil resiko dengan melompat dari mobil bagaimanapun caranya. Aku harus kabur.

Sedikit lagi ikatan ini terlepas. Aku harus mengalihkan perhatian mereka. Ayo, Elza kamu pasti bisa. Rangkaian kata penyemangat tersemat di pikiran berharap ini akan berhasil.

"Om, boleh minta minum," ujarku sekali dengan nada yang memohon. Hanya ini cara satu-satunya yang aku pikirkan meskipun resikonya besar aku harus bertaruh, tidak mungkin Allah membiarkan hambanya memberikan cobaan yang begitu berat tanpa adanya pertolongan.

Pria di depanku tanpak mendengkus, tapi tetap mengambilkan. Ini saatnya.

"Ahk!" Jeritan pria itu terdengar  ketika aku menendan daerah sensitifnya, tanpa menunggu lama  pintu mobil Van hitam itu kubuka dengan cepat dan langsung melompat keluar.

Mereka belum sempat bereaksi untuk menangkapku. Saat ini tujuanku adalah kebebasan. Meski rasa sakit menggelayari tubuh kuhiraukan itu semua.

"Ish!" ringisku saat tubuhku berhenti berguling-guling. Aku sudah tak tahan, ini sangat sakit.

Love In The Dark [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang