Lupakan Tentang Mimpi

1.3K 72 12
                                    

Hai, hai. Assalamualaikum.
Gimana part sebelumnya? Semoga suka, ya.
Oh iya, ini aku lanjut lagi ya. Masih revisi dikit-dikit, ngak banyak-banyak kok.

Semoga suka, ya.
Jangan lupa ninggalin jejak buat cerita ini.

Selamat membaca, yeorobun 📕

🧡🧡🧡

"Emh!" Suaraku tercekat, tubuh rasanya sakit semua. Apa ini? Kenapa aku tak bisa berbicara? Dan di mana ini? Kenapa semuanya tampak gelap dan kenapa aku diikat? Berbagai pertanyaan merayapi pikiranku.

"Emh ... Emh! Aku berusaha berteriak. Namun, nihil hanya suara aneh yang keluar. Siapa dengan berani menyekapku di sini?

'Siapa pun tolong!' ucapku dalam hati, air mata telah menetes dari balik mata indahku. Aku tidak tahu lagi bagaimana penampilanku sekarang ini.

Apakah semuanya akan berakhir seperti ini? Apakah tidak ada yang datang? Mama, Ayah Elza takut! Devan, selamatkan Elza! Kepalaku linglung tidak ada pencahayaan di sini sama sekali.

Aku tiba-tiba membuka mataku dan yang nampak adalah langit-langit yang sama. Apakah aku bermimpi buruk? Ataukah kejadian itu pernah terjadi padaku?

"Kamu kenapa, Sayang?" Kudengar suara Devan bertanya. Aku menoleh sekilas ia tampak kacau dengan dasi yang tidak terpasang lagi di tempatnya.

"Kamu berkeringat dingin, aku baru saja akan memanggil dokter, tapi syukur kamu telah siuman," lanjutnya yang membuatku sedikit merasa bersalah padanya. Dia pasti sangat khawatir.

"Cil, kemari!" pintaku dengan memanggilnya dengan panggilan kesayanganku padanya yaitu bocil.

Devan tanpa protes langsung mendekat ke arahku hingga jarak kami tinggal beberapa centi lagi sampai hidung kami bersentuhan.

Devan menatap mataku aku pun demikian menatap mata sayunya yang terlihat sangat lelah dan syarat akan kekhawatiran.

Grep! Aku langsung saja memeluk leher Devan yang membuatnya sedikit menegang, tapi cuman beberapa saat.

"Aku udah lama gak peluk kamu kek gini, rindu tahu peluk kamu," ujarku manja–masih memeluk lehernya sembari menghirup wangi Devan yang seperti aroma jeruk. Aku tidak tahu kenapa pria imut ini memiliki bau yang sangat khas. Biasanya seorang pria akan berbau mint dan maskulin, tapi dia beraroma jeruk yang sangat menyegarkan penciuman.

Ah, lupakan tentang mimpi. Aku pasti bisa melewati semua ini asalkan ada Devan di sisiku.

"Ehem!" Deheman seseorang membuatku mau tak mau menatap siapa gerangan yang berdehem dan ternyata dia Dinda–sedang menatapku jengah.

'Awalnya aja malu-malu, tapi sekarang main nyosor!' Mungkin seperti itu makna dari perkataan Dinda yang ia ucapkan dengan gerakan bibir.

"Aku pulang dulu, ya. Soalnya udah malem," tutur Dinda sembari berdiri dan menghampiriku. Sementara Devan kubiarkan duduk di dekatku masih dengan posisi memeluknya.

"Kamu cepetan sembuh ya, aku gak ada temennya kalau lagi ngafe," ujar Dinda tulus.

"Makasih Din, sebaiknya kamu pulang deh. Aku takut kamu nanti gak tahan liat keuwuan kami," balasku sembari menaik turunkan kedua alisku sengaja memancing kemarahan Dinda.

Love In The Dark [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang