Hai, Hai. Assalamu'alaikum.
Apa kabar nih? Semoga sehat selalu ya☺Bagaimana cerita sebelumnya? 🤭
Semoga suka ya. And kalau gak suka tinggal diskip, okay!Happy reading📖
Salam hangat, DeZa💙❤࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇
Rasa sakit pada bagian kepala begitu menyiksa. Rasanya mataku enggan 'tuk terbuka demi menyapa dunia. Namun, aku masih memaksa untuk membuka mata, perlahan bias cahaya menerobos yang membuat netraku harus menyesuaikan cahaya yang masuk. Setelah sudah dapat menyesuaikan dengan cahaya, pandanganku mengarah ke seluruh isi ruangan yang bernuangsa putih campur abu-abu yang tampak sangat asing.
"Di mana aku? Apakah Devan telah menyelamatkanku? Tapi, ruangan ini sangat asing, jelas ini bukan di rumah." Aku berucap perlahan sembari masih memindai seisi kamar yang dominan warna putih dan abu-abu.
"Shh." Aku meringis ketika ingin bergerak lebih ternyata ada perban yang terpasang di kening membalut luka yang masih basah.
Aku bertanya-tanya. Jika, bukan Devan lalu siapa yang menyelamatkanku? Tapi, allhamdulilah ternyata masih ada orang baik di dunia ini yang masih mau menolong orang yang kesusahan.
"Sebaiknya aku mandi, sepertinya sudah sangat lama aku tertidur," ucapku kemudian bergegas ke kamar mandi. Kebetulan pakaian telah disiapkan untukku. Betapa baiknya mereka, sebentar aku akan berterima kasih.
Setelah beberapa menit lamanya aku telah menyelesaikan rutinitas yang sering aku lakukan. Semua tubuhku seakan mati rasa, mungkin efek dari lompat dari mobil itu dan tertidur di kasur yang nyaman.
"Huu, andai Devan tahu aku lompat dari mobil seperti super hero pasti dia bangga. Karena aku bisa nyelamatin diri sendiri." Aku berucap pelan dan tersenyum sendiri ketika membayangkan wajah kagum Devan.
Sampai beberapa saat kemudian aku tersadar, bagaimana kabar si kunyuk satu itu? Apakah dia baik-baik saja? Makannya teratur? Hm, andai kau tahu Za, Devan sekarang sedang tidak baik-baik saja.
"Ah, setelah aku berterima kasih aku akan pulang dan bertemu Devan. Pasti sekarang dia sedang sibuk mencariku." Setelahnya aku pun keluar dari kamar ini dan menuju ke lantai bawah. Ternyata aku berada di lantai dua.
"Eh, Nona baru bangun. Maaf, Bibi baru saja ingin membangunkan, Nona," ujar seorang pembantu ketika berpapasan dengan Elza di undakan tangga.
Hal yang membuat Elza bingung kenapa mereka menggunakan bahasa Inggris. Wait, mereka bule, astagah. Aku di mana ini kenapa berada di tempat yang berbeda. Jangan bilang aku ada di luar negeri. No, itu gak mungkin.
"Bukan masalah. Oh, aku ingin bertanya di mana kita sekarang. Eum, negara mana?" tanyaku deg-degan. Semoga bukan di negeri pamansam.
"Kita di negara Amerika sekarang, Nona. Tepatnya di kota San Francisco. Kenapa?" tanya pelayan itu sedikit bingung.
Mampus, kamu Elza. Mainmu terlalu jauh, bagaimana cara pulangnya. Siapa yang tidak mengenal kota San Francisco? Kota yang terletak di area teluk dan berdekatan dengan laut ini merupakan salah satu destinasi favorit wisatawan di Amerika Serikat.
Bangunan rumah-rumah penduduk di San Francisco cukup unik lantaran gaya arsitekturnya memiliki ciri khas Victoria yang kental.
Landmark utama kota San Francisco yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan adalah Golden Gate yang merupakan sebuah jembatan yang menghubungkan dua buah pulau, dan oh satu lagi hal yang tidak boleh kita lewatkan jika menjambangi kota ini yaitu kita jangan lupa naik trem. Elza, kamu berada sangat jauh dari Devan dan kedua orang tuamu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In The Dark [END✔]
FanfictionAku kira kamu mencintaiku dengan tulus, ternyata aku menipu diriku sendiri. ~Elzania Saputri Wijaya "Maaf, aku menyakitimu berkali-kali." ~ Devandra Adiguna Prasetyo Cover SC://Pinterest Start// 19 Februari 2020 ©Apy