Ciuman Pertama

2.4K 104 12
                                    

Hai, Hai, assalamu'alaikum.
Gimana part satunya? 😁

Selamat membaca ya
Jangan lupa tinggalin jejak dan follow akun author.
Salam sayang, DeZa💘
࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇

Setelah kami makan siang, Devan mengantarkanku pulang dengan selamat. Sepanjang perjalanan tidak ada yang bicara dan aura Devan terasa aneh. Wajahnya yang imut tidak menunjukkan senyuman sedikitpun.

"Woi, An, kenapa lo?" tanyaku membuka percakapan di antara kami.

Devan melirikku sekilas tanpa menjawab pertanyaanku.

'Apa dia marah, ya?' tanyaku dalam hati.

"Ya, elah, seharusnya lo senang, 'kan kita gak jadi nikah bukannya lo gak mau nikah sama Tante-tante? Gue udah dapet solusi biar kita gak nikah, ok jadi lo gak usah marah," tuturku percaya diri. Garis senyum selalu tercipta di bibirku saking senangnya. Karena berharap pernikahan ini dibatalkan.

"Saya bilang kita akan tetap menikah, tidak ada pembatalan!" ujarnya tegas menggunakan bahasa formal.

"Ogah gue, pokoknya kita gak boleh nikah," bantahku tidak mau kalah.

Ckit! Tiba-tiba Devan merem mendadak mobilnya yang membuatku hampir membentur desboard mobilnya.

"Lo bisa gak sih bawa mobilnya? Kalau gue mati gimana?" tanyaku padanya dengan pandangan tajam.

Devan tidak mengindahkan amarahku. Kulihat dia membuka sabuk pengamannya. Aku langsung saja membuang muka. Devan mendekat ke arahku.

"Lo jangan macam-macam, ya? Jidat gue sakit kalau lo mau sentil lagi," sungutku tidak suka.

Devan hanya diam dan tetap melanjutkan aksinya mendekatiku. Sampai wajah kami berjarak 3 cm lagi hingga hidung kami bersentuhan.

"Bagaimana jika aku melakukan ini, apakah mereka akan membatalkan pernikahan ini?" tanya Devan dengan smirknya sembari menatap bibirku.

"Apa yang mau lo lakuin, ha?! Awas lo ya kalau buat macam-macam sama gue!" peringatku lagi. Jantungku bertaluh merdu di dalam sana. Kuharap Devan tidak mendengarnya jujur aku sangat gugup. Belum pernah aku sedekat ini dengan seorang pria selama aku hidup.

Cup! Cekrek!

Mataku membulat sempurna saat Devan mencium bibirku dan mengambil gambarnya lewat kamera ponselnya. Aku masih syok dengan apa yang terjadi padaku, aku tak bisa bergerak rasanya tubuhku kehilangan gel. Semuanya terasa aneh.

Aku merasakan Devan menyesap bibirku dengan lembut dan menggigitnya pelan. Namun, aku masih tetap diam tak merespon masih mencerna apa yang terjadi. Lumatannya begitu lembut di bibirku yang membuat aku hampir saja terlena jika ia tak menghentikan aksinya itu dengan segera mungkin.

"Hm, manis," ucapnya yang membuatku tersadar.

"Sialan, lo An, itu first kiss gue yang cuman gue kasih sama suami gue nanti, kurang ajar lo, brengsek lo," amukku tidak terima ia cium. Aku langsung memaki Devan tak kala akal sehatku telah kembali ke tempatnya tidak lagi dikuasai oleh setan lucnatullah.

"Gue kan calon suami lo, jangan lupakan itu dua hari lagi kita nikah," ujarnya mengingatkanku.

"Gue bakalan kirim sama Mama kalau kita sudah menerima perjodohan ini," lanjut Devan lagi seraya menyeringai kemenangan dan melajukan mobilnya kembali setelah memasang sabuk pengamannya.

"Sialan, lo An." Aku menatapnya tidak suka setelah itu mengalihkan pandangan ke luar jendela.

Jujur dalam hati, aku sangatlah gugup. Berani-beraninya dia mengambil first kiss ku.

'Huwa, Mama bibir anak gadismu tidak suci lagi!' jeritku dalam hati.

"Omong-omong bibir lo manis juga," ujar Devan lirih yang tidak kuhiraukan. Aku sudah terlalu malas membahasnya. Bisa-bisa aku lepas kontrol dan langsung mencekiknya di tempat dan akan muncul berita.

"Seorang wanita cantik mencekik calon suaminya sendiri karena tidak terima dicium." Oh, tidak-tidak membayangkannya saja aku sudah ngeri. Jadi, lebih baik aku diam dan memikirkan cara bagaimana menyakinkan Mama.

***

"Mama, Assalamualaikum!" teriakku sedikit kencang.

"Waalaikumsalam. Ya ampun Kak, gak usah teriak juga Mama denger tahu," jawab Mama yang baru datang dari arah tangga.

Aku cuman tersenyum mendengar omelan Mama. Mama kemudian menuntunku menuju sofa yang ada di ruang tamu.

"Kak, gimana kencannya sama Devan?" tanya Mama dengan mata menggerling nakal.

"Gimana apanya, Ma? Devan tuh udah punya pacar namanya Nindy, Elza gak mau jadi pelakor, biarin Devan bahagia dengan kekasihnya, Ma," jawabku mendramatiskan.

"Kamu pikir Mama percaya. Lalu ini apa?" sungut Mama kemudian menunjukkan ponselnya. Mataku sukses membola. Niat amat tuh anak, padahal awalnya dia juga nolak.

"Itu Ma, Devan cium Elza secara paksa, dia anaknya gak baik, Mama gak mau 'kan punya menantu gak baik?" tanyaku mengompori Mama agar dia terhasut.

"Itu justru bagus, berarti hubungan kalian melaju ke tahap selanjutnya."

Wanita cantik itu malah menjawab tanpa beban jika itu adalah hal yang bagus yang membuat Elza tak habis pikir.

"Huh! Mama! Kok gitu sih, Elza gak mau apa lagi dia masih muda, apa kata dunia Ma, nanti Elza dikatain Tante girang," ujarku tidak terima. Masa anak gadisnya dicium orang malah bagus. Aku tidak tahu lagi Mama dikasih makan apa sama Devan.

"Itu kan, kamu yang bilang, Kak, bukan orang. Lagi pula kamu masih terlihat seperti remaja 19 tahun, jadi kamu sangat cocok sama Devan. Mama mohon, Sayang. Mama sangat ingin menjadikan Devan menantu Mama soalnya Mama gak punya anak cowok lalu wajah dia tuh masih unyu-unyu, Mama suka kalau ada anak laki-laki di sini," jelas Mama penuh permohonan padaku.

"Huft!" Aku menghela napas kasar.

"Baiklah demi Mama, Elza mau," ucapku akhirnya pasrah. Hanya bisa kecewa, ini semua gara-gara si Bocil Devan malah main cium-cium aja terus difoto lagi niat banget dia buat aku hancur.

"Makasih, Sayang. Besok kamu fiting baju pesta, ya, dan yang harus kamu tahu juga. Mama sama Ayah ada urusan bisnis selama satu tahun di luar negeri itupun belum tentu bisa saja bertambah. Jadi, kami khawatir denganmu, Sayang. Dan membuat kamu menikah cepat," jelas Mama dengan wajah tersenyum lembut.

Deg! Rasanya hatiku ngilu mendengar Mama sama Ayah mau pergi lagi keluar negeri dalam jangka waktu tidak ditentukan. Jadi, ini alasan mereka. Aku memang sering ditinggal mereka keluar negeri. Karena aku sibuk mengurus bisnis kulinerku aku tidak bisa ikut dengan mereka berdua.

"Elza minta maaf ya, Ma, seandainya kalian bilang dari awal Elza gak akan nolak," ucapku. Ya, karena ini demi kebahagiaanku aku harus nurut dengan mereka.

"Terima kasih, Sayang," ujar Mama kemudian mengecup singkat pipiku dan berlalu kembali naik ke lantai dua.

Sedangkan Ayah saat ini pasti masih ada di perusahaan. Ayahku mempunyai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang properti dan domestik yang menyediakan kebutuhan bagi para konsumen. Nama perusahaannya PT. Zania Permata Wijaya. Unikkan namanya? Ya, nama awal perusahaannya itu diambil dari namaku Elzania. Jadi, kesimpulannya aku adalah permata di mata keluargaku, dan aku sangat bersyukur akan hal itu.

Bersambung....

Hai, hai.
Gimana nih? Bagus ga ceritanya?
Komen, ya😁
DeZa, jaya, jaya, jaya. 💘💖

Love In The Dark [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang