Derit suara pintu dibuka terdengar membuat Devan yang sedang fokus pada tab yang ada di tangannya mengalihkan pandanganya ke arah pintu tersebut. Ternyata kedua orang tuanya dan juga sang mertua yang datang menjenguk sang istri. Namun, Devan terkejut saat melihat bocah laki-laki yang sangat dirinya kenali berlari tanpa ada yang menghalangi ke bangsal tempat Elza terbaring.
Sebelum Devan bisa menghentikan bocah tersebut, sang Mama menatap Devan tajam, mengisyaratkan untuk tidak menghalangi. Devan tentu saja bingung, istrinya sedang istirahat sekarang, bagaimana bocah itu bisa menganggu istirahat sang istri.
"Mommy, Dimi merindukanmu, are you okay, Mom?" tannya dengan raut sedih sembari menggengam tangan Elza yang terpasang selang infus.
Elza yang merasakan sentuhan di tangannya lantas tersadar, dia terkejut mendapati Dimitri ada di ruang rawat inapnya, bola mata hitam pekat yang sejernih kristal itu menatap Elza penuh rindu. Elza berusaha mengangkat tangannya untuk mengusap surai coklat tembaga bocah 5 tahun itu.
"Mommy, okay Sayang, kenapa kamu datang ke sini? Apa Dimi membolos sekolah?" tanya Elza lembut.
"Daddy yang membawaku ke sini, dan dia pergi entah ke mana," jawab Dimitri sembari meghela napas, tapi sedetik kemudian senyum cerah kembali terbit di bibir manisnya. "Huu, aku sangat khawatir denganmu, Mom, kata Daddy orang jahat telah menyakiti adik, jadi adik tidak bisa bersama kita, Mommy harus kuat Dimitri masih ada di sini menjaga Mommy ketika adik di surga."
Kalimat yang Dimitri uangkapkan membuat seisi ruanganya tersebut tersenyum haru, mereka tidak menyangka bahwa anak seusia Dimitri bisa mengucapkan hal tersebut.
"Makasih, kesayangan Mommy," ujar Elza dengan suara yang terdengar parau. Sekuat tenaga dia menahan tangisnya. Semua orang akan emosional, apa lagi menyangkut orang terkasih. Elza cukup terhibur dan merasa lebih baik dengan kehadiran Dimitri.
"Cepat sembuh, Sayang." Itu suara dari Amira -- Ibu kandung dari Aron Keysha. Wanita paruh baya itu turut bersedih atas musibah yang dialami oleh Elza, wanita yang hampir jadi menantunya.
"Makasih, Tante, Paman Kris di mana? Apa dia tidak ikut bersama kalian?"
"Sudahlah, orang tua itu berada di luar berbicara dengan ayahmu, dia berkata tak sanggup melihat anak sahabatnya bersedih." Amira memutar mata jengah atas tingkah kekanak-kanakan suaminya.
Elza hanya diam mendengar hal tersebut, dia mengarahkan pandangannya ke plafon rumah sakit yang putih bersih tanpa noda.Tatapannya kembali kosong, hal tersebut disadari oleh Devan dia langsung menyuruh sang Ibu untuk membawa Dimitri terlebih dahulu dan membiarkan Elza untuk istirahat.
"Jaga dia baik-baik, Mama tau kamu tidak akan bisa tanpanya." Bisik Mama Filza pelan di telingan putra bungsunya.
Setelah semua orang pergi, Devan menghampiri sang istri yang saat ini sedang menatap kosong ke arah palfon rumah sakit. Padangannya kosong, tapi bu;iran air mata mendadak jatuh tanpa diminta yang membuat Devan khawatir akan keadaan mental sang istri.
"Sayang, aku mohon jangan seperti ini, ayo sembuh dan mulai semuanya kembali." Devan berucap pilu seraya menggenggam erat tangan sang istri tak lupa ia kecup untuk menyalurkan kehangatan dan kasih sayang, agar sang istri tetap kuat.
"Ian, kalau gelas pecah apa akan utuh kembali?" tanya Elza lirih, suaranya pelan seakan-akan suara itu akan lenyap begitu saja jika Devan tak mendengarnya dengan jelas.
"Meskipun meninggalkan retakan ketika disatukan kembali dan tak akan menjadi bentu yang sama, aku tetap akan mencoba memperbaikinya meskipun aku terluka karenanya."
"Kita akhiri saja semuanya, Ian, aku menyerah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In The Dark [END✔]
FanfictionAku kira kamu mencintaiku dengan tulus, ternyata aku menipu diriku sendiri. ~Elzania Saputri Wijaya "Maaf, aku menyakitimu berkali-kali." ~ Devandra Adiguna Prasetyo Cover SC://Pinterest Start// 19 Februari 2020 ©Apy