Berpikir keras

256 12 0
                                    

Hai, Hai. Assalamu'alaikum.
Apa kabar nih?
Btw, yang baca cerita DeZa dari mana aja, nhi?

Ok, semoga suka ya sama cerita DeZa.
And kalau gak suka tinggal diskip, okay!

Happy reading yeorobun📖
Salam hangat, DeZa💙❤

࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇

Waktu berlalu sangat cepat, sekarang tepat pukul tiga sore waktu setempat yang menandakan sebentar lagi malam akan menyapa bumi dan mengantarkan mentari kembali ke peraduannya.

Bulu mata yang lebat itu bergetar ringan saat kelopaknya berkedip dan memunculkan mata indah berwarna coklat terang, wanita itu Elzania Saputri Wijaya tampak mengumpulkan kesadarannya karena dia baru saja terbangun dari tidur lelap. Namun, saat dia ingin bangun dari tidurnya di bagian perut terasa begitu berat, netranya bergulir kebawah dan menangkap seluet tangan lembut seorang pria.

Elza yang menyadari bahwa ada seseorang yang menemaninya tidur bahkan memeluknya terdiam sejenak, dia menyadari bahwa tangan itu bukan milik Aron melainkan milik Devan—sepupunya yang baru saja tiba dari Indonesia.

Perlahan Elza menyingkirkan tangan Devan dari perutnya, saat akan memindahkan, tangan itu kembali memeluknya erat yang membuat tubuh Elza menegang.

"Ya ampun Dek, Kakak nih mau salat Ashar, kamu gak mau salat?" Elza tampak frustasi dengan kelakuan sepupunya yang sangat posesif kepadanya.

"Em ... tunggu Devan mau berwudhu dulu, Devan yang jadi imam Kakak ya," ucap Devan dengan nada serak khas orang yang baru bangun tidur.

Elza menggeleng tanpa daya kemudian ia bangkit terlebih dahulu dan masuk ke dalam kamar mandi. Syukurnya, Aron telah membelikan Elza mukena baru karena Aron begitu menghormatinya sebagai muslimah.

"Mau salat Ashar di mana? Masjid apa di sini saja?" tanya Devan kepada sang istri.

"Kalau Mama sama Ayah salat di mana?" tanya Elza penasaran karena dirinya ingin salat berjamaah dengan orang tuanya.

"Ayah sama Mama mau salat di Masjid Darussalam yang lokasinya ada di down town, hanya butuh waktu 20-30 menit jika kita menempuhnya dengan berjalan kaki, tapi kata orang tua Aron di sana rawan akan pemalakan apa lagi di waktu Subuh dan petang, kamu mau salat di mana?"

"Baiklah, kita salat di masjid saja bareng Mama sama Ayah," jawab Elza yang sudah bersiap.

"Kalau begitu ayo," ajak Devan kepada sang istri yang telah siap dengan pakaian syar'i-nya. Elza yang awalnya memiliki rambut yang tergerai sekarang dibungkus oleh jilbab berwarna putih tulang yang memang sudah dibawakan oleh sang Mama.

Begitu pula dengan Devan ia tampak lebih tampan dan fresh menggunakan baju koko yang senada dengan pakaian Elza.

Elza sepertinya melupakan bahwa calon suaminya masih ada di rumah itu tapi dia tak mengajaknya untuk pergi salat dan Devan yang mengetahui jika Aron adalah seorang ateis juga tak mengingatkan karena Aron belum masuk Islam seutuhnya, pria itu pun tak ada niatan untuk mempelajari tentang Islam, Devan sempat berpikir dirinya harus membuat pria itu mencintai Islam setelah dia menyelesaikan kredit dengannya.

Love In The Dark [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang