Hanya Bercanda

1.1K 63 18
                                    

Hai, Hai.
Assalamu'alaikum, gimana nih kabarnya, aku next lagi ya, eh maksudnya next habis revisi dikit-dikit. 🥰

Selamat membaca📖 😘

➤; Happy reading.↶

🧡🧡🧡

Ternyata yang datang adalah Mama dan Papa mertuaku mereka  datang menjenguk. Aku sudah menduga pasti mereka akan datang lagi, karena hari ini aku sudah bisa pulang ke rumah.


Wajahku mendadak bersemu merah ketika melihat mereka yang sedikit terkejut dan saling pandang. Aku hanya bisa menunduk dan mencoba menetralkan degup jantungku yang sedang bertaluh merdu di dalam sana.

Devan menatap kedua orang tuanya sembari berkata, "Kalian datang di waktu yang tidak tepat!" Devan membuang muka, wajahnya memancarkan kefrustasian yang membuat Elza gemas melihat Devan memasang wajah kecut seperti itu.

"Huh!" Kudengar nada kekesalan di dalam suaranya. Pria itu pasti sangat kecewa.

 Pria itu pasti sangat kecewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Devannya ngambek:v

Gambar : pinterest


Bukannya membujuk putra mereka, aku melihat kedua mertuaku mengabaikan Devan seakan dia tak pernah ada di ruangan ini. Keduanya langsung menghampiriku dengan pandangan yang sangat lembut.

"Gimana, Sayang? Udah baikan?" tanya Mama Filza. Iris coklatnya memancarkan kehangatan saat menggenggam kedua tanganku yang bebas. Merasakan ini, aku tiba-tiba teringat kedua orang tuaku yang jauh di sana.

Aku terkejut saat akal sehat kembali padaku, Mama Filza, Papa dengan Devan menatapku khawatir.

"Kamu melamun, Sayang."

"Em, Elza hanya teringat orang tua Elza. Jadi, kapan Elza pulang? Elza udah sehat, kan, Ma, Pa?" Aku menatap ketiganya dengan penuh permohonan. Jujur saja, sangat tidak menyenangkan berada di tempat seperti ini.

"Besok ya, Sayang. Kata dokter besok baru kamu bisa pulang," jawab ibu Filza sembari mengelus surai coklatku. Aku hanya bisa menghela napas dalam diam.

"Em, baiklah!"

***

Tepat pukul sembilan pagi, Devan berdiri dengan semua pesonanya tepat di samping ranjang rumah sakit tempatku dirawat, begitu menggelikan saat melihat tidak ada ekspresi apa pun di wajahnya saat seorang suster membereskan peralatan medis yang telah dirinya gunakan. Bahkan perawat itu tidak bisa lepas dari pesona Devan, namun bocah tengil ini hanya diam bak patung. Ah,   hal itu membuatnya semakin memesona berkali-kali lipat, jika dia bisa membungkus Devan dengan karung sekarang maka akan dirinya lakukan.

Love In The Dark [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang