Devan terpaku mendengar penuturan sang istri, pada akhirnya dia menyerah untuk bersamanya. Tak pernah terlintas di pikiran terliarnya bahwa dia dan Elza akan berakhir sebagai pasangan suami istri. Devan tak tahu harus merespon bagaimana, dia terlalu syok untuk mencerna semua kejadian yang datang secara betubi-tubi ini.
"Silakan keluar, Devan, aku pikir aku tidak perlu menjelaskan terlalu panjang, aku melepaskanmu."
Devan buru-buru meraih tangan sang istri. Namun, ditepis oleh Elza, wanita itu memalingkan wajahya dari Devan tak ingin melihat raut putus asa dari sang suami.
Devan mengangguk mengisyaratkan paham apa yang Elza inginkan. "Baiklah, aku memenuhi permintaanmu, berbahagialah setelah rasa sakit yang selalu aku torehkan untukmu, dan aku minta maaf atas semua kesalahan yang telah aku perbuat kepadamu."
Elza tak membalas ucapan Devan, dia hanya meringkut tanpa suara. Namun, tubuhnya bergetar hebat menahan tangis, karena sebuah keberanian yang besar untuknya melepaskan pria yang sangat amat dirinya cintai. Namun, takdir tidak menginginkan mereka untuk bersama.
"Berdamailah dengan semua rasa sakit itu, aku berharap kamu menemukan kebahagiaan yang tak bisa aku berikan kepadamu, maaf aku tidak bisa menunaikan janji pernikahanku di hadapan Ayahmu dan juga kepada Sang Pencipta, aku gagal," ucap Devan pelan. Sangat jelas bahwa pria 25 tahun itu sangat kesakitan, bibirnya bergetar, air mata jatuh tanpa diminta saat mengucapkan kalimat tersebut.
Devan akhirnya beranjak pergi, langkah kakinya terdengar goyah meninggalkan ruang inap sang istri, Elza hanya mampu menangis tak terbendung yang membuat seorang wanita cantik yang tak lain adalah kakak ipar Devan -- Nadya -- masuk untuk menenangkan Elza. Wanita itu paham betul apa yang dirasakan oleh keduanya, di saat mereka masih ingin bersama hanya saja semesta menentang keduanya.
"Semoga semuanya lekas membaik, kakak hanya mampu mendoakan kalian," ujar Nadya sembari mengusap punggung Elza pelan.
"Kak, aku tak sanggup rasanya, tapi jika aku masih bersamanya semua sangat menyakitkan. Dia obat sekaligus luka bagiku," tuturnya dengan nada terisak.
"Menangislah, setelah itu kamu harus berjanji untuk sembuh tidak perlu memikirkan hal-hal yang tidak perlu."
***
"Ayah, Devan meminta izin untuk melepaskan Elza. Devan minta maaf karena gagal menunaikan janji yang Devan ucapkan kepada Ayah, Devan gagal." Devan mengucapkan hal tersebut dalam keadaan berlutut di depan kedua orang tua dan juga mertuanya. Apa yang Devan ucapkan tak membuat kericuhan di ruang tamu tersebut seakan mereka tahu bahwa inilah akhir dari pernikahan putra-putri mereka.
"Bangunlah nak, Ayah tidak menyalahkanmu atas semua ini. Jika, ini adalah keputusan yang kalian ini ambil maka Ayah merestui, meskipun sangat berat, tapi kami akan ikhlas," ujar pria paru baya itu yang tak lain adalah ayah kandung dari Elza.
"Apa tidak bisa dibicarakan lagi, Nak? Apa jalan ini yang harus kalian tempuh?" tanya Mama Filza mengiba kepada putra bungsunya.
Devan hanya diam mendengar pernyataan dari sang Mama, dia tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Namun, inilah jalan yang harus dirinya tempuh, ia tak mau wanita yang paling dirinya cintai menderita.
"Sudahlah, Ma, ini adalah kosikuensi dari kelalaiannya," kata Papa Devan dengan nada yang sangat datar.
"Kami sangat minta maaf, karena kejadian seperti ini harus terjadi dan berakhir putusnya sebuah hubungan, aku merasa malu kepadamu, Li," ujar Papa Devan sembari menatap besannya penuh sesal.
"Tidak masalah, kami paham dengan situasinya, biarlah Elza kembali bersama kami, itu lebih baik," balas Ayah Elza seraya tersenyum tipis, namun jelas gurat kecewa terpatri di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In The Dark [END✔]
Fiksi PenggemarAku kira kamu mencintaiku dengan tulus, ternyata aku menipu diriku sendiri. ~Elzania Saputri Wijaya "Maaf, aku menyakitimu berkali-kali." ~ Devandra Adiguna Prasetyo Cover SC://Pinterest Start// 19 Februari 2020 ©Apy