Ayah, Mama

2.1K 90 13
                                    

Hai, Hai. Assalamu'alaikum.
Apa kabar nih?

Bagaimana cerita sebelumnya? 🤭
Semoga suka ya. And kalau gak suka tinggal diskip, okay!

Happy reading📖
Salam hangat, DeZa💙❤

࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇

"Ke mana tuh bocah? Kok dia gak ada di kamar?" ujarku saat tak melihat sosoknya di dalam kamar. Aku baru saja selesai mandi, tapi saat aku keluar, aku tak menangkap seluet bayangnya.

Ceklek!

Aku berbalik untuk melihat siapa yang membuka pintu ternyata itu Devan. Dia sudah tampak rapi dengan pakaian santainya. Dia belum pergi bekerja karena baru semalam kami menikah. Jadi, pasti dia mengambil cuti.

"kamu sudah mandi?" tanyaku padanya. Dia hanya mengangguk lucu. Aku sangat suka jika Devan terlihat patuh seperti itu dibandingkan jika dia sedang kumat.

"Mama suru aku buat panggil kamu sarapan," tutur Devan pelan yang membuatku kembali menoleh ke arahnya.

"Oh, tunggu aku keringkan dulu rambutku," balasku sembari kembali fokus untuk mengeringkan rambutku. Kulihat Devan menghampiri. Aku tidak terlalu memperdulikannya, aku masih fakus untuk mengeringkan rambutku. Jika, dilihat-lihat Devan memang tampan sekaligus imut secara bersamaan. Akan tetapi, tidak ada yang tahu kalau dia punya sifat seperti es batu.

"Mau Devan bantu, soalnya aku sudah lapar sepertinya masih lama jika menunggumu selesai," ucapnya tiba-tiba menawarkan diri. Aku tertegun mendengar penuturannya. Aku menatapnya sejenak melalui pantulan cermin.

"Ini, aku akan merepotkanmu," ujarku sembari menyerahkan hairdryer ini kepadanya.

"Ini, aku akan merepotkanmu," ujarku sembari menyerahkan hairdryer ini kepadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Devan tanpa banyak bicara lagi langsung membantuku. Uh, romantisnya, aku menahan senyuman agar tidak merekah. Ternyata dia cukup peka juga. Devan sangat tampan dengan balutan pakaian casual. Kakinya yang mulus tanpa bulu itu dibalut celana sebatas lutut berwarna putih dan memadukannya dengan kaos berwarna putih.

"Rambutmu wangi sekali," tutur Devan sembari mencium rambutku.

"Ya, makanya kamu harus pakai shampo yang sama juga agar rambutmu juga wangi sepertiku," balasku sedikit mempermosikan shampo yang kugunakan.

"Hm." Nah, kan dia kambuh lagi.

"Udah beres, ayo kita turun Mama sama Ayah udah nunggu, kebetulan hari ini adalah hari minggu jadi kita masih cuti. Besok aku akan kembali bekerja dan sore ini kita pindah rumah kamu tidak keberatan 'kan?!" jelas Devan tentang planning kita sore nanti.

"Ok, sip. Aku juga besok mau cek restoku udah hampir 3 hari aku gak cek," balasku sembari tersenyum manis. Setidaknya jalani saja dulu sebagaimana mestinya.

Love In The Dark [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang