PART 33

68 8 1
                                    

wajib banget voment guys! kalo gabisa coment ya setidaknya vote supaya aku makin semangat.


Happy Reading❤







Di sini, di depan rumah sakit jiwa Permata, Audy berdiri tegak dengan pandangan lurus. Hari ini ia tidak sekolah, tentu saja izin.

Hari ini adalah hari ulang tahun seseorang yang berharga di hidupnya. Ditangan Audy sudah tertenteng dua kresek putih berlogo toko roti. Perlahan Audy melangkah memasuki rumah sakit tersebut, dengan senyum cerah sesekali menyapa beberapa suster yang berlalu lalang bersama pasien.

"Kak." Panggilnya pada perawat muda di ruang tunggu.

Suster yang dipanggil tadi menoleh, dengan wajah riang menyapa Audy.

"Audy?" Sapa suster tersebut.

Audy sontak tersenyum lebar, beralih memeluk suster muda tersebut dengan hangat.

"Kamu kemana aja sih? Udah lama ngga kesini."

Audy menyerahkan roti tadi yang ia pegang dan diterima suster tersebut dengan senang hati.

"Maaf ya kak. Audy lagi sibuk sekarang, bentar lagi ujian kenaikan kelas, aku juga kerja paruh waktu." Jawabnya merasa tak enak.

"Gapapa dy tapi sempet-sempetin kesini ya... Kamu kerja apa?"

"Jadi pelayan di cafe."

Suster tersebut tersenyum teduh, ia sungguh menyukai Audy. Anak seusia Audy sudah bisa berkeja keras, padahal di luar sana banyak yang menikmati masa mudanya dengan bersenang-senang, tetapi Audy berusaha demi kakak dan Mamanya.

"oh iya. Mama di kamarnya kak?" Tanya Audy tak sabar.

"Mama kamu lagi dikamarnya, kayanya habis makan."

Audy mengangguk dengan senyuman yang tak luntur sedari tadi. Benar, Mamanya ada di rumah sakit ini. Sudah 3 tahun, Audy dan Luna hidup berdua saja karena penyakit mental sang Mama.

"Kalo gitu Audy duluan ya kak." Pamit Audy diangguki suster tadi.






Di hadapannya, Audy menatap sang Mama yang sedang duduk di dekat jendela dengan kursi roda. Menatap keadaan luar dengan tatapan kosong.

Hati Audy mencelos saat mendengar nama yang di ucapkan Mamanya. Air matanya mulai menggenang, berusaha menahan agar tidak jatuh, Audy mendongak lalu tersenyum mendekat ke arah sang Mama.

"Hai ma." Suara Audy bergetar.

Menyentuh kursi roda Mamanya yang sudah lama di duduki.

"Audy datang."

Tak ada sahutan, Mamanya tetap menghadap ke luar jendela menggumamkan nama seseorang. Sedangkan Audy tetap berusaha menyapa sang Mama yang sedang berulang tahun hari ini.

"Mah.. Audy bawain kue nih."

"Selamat ulang tahun Mama."

Seusai mengucap kalimat tadi, air matanya meluncur bebas, bersama denga senyuman Audy yang tak pernah luntur sekalipun.

"Meskipun Mama ngga jawab aku, tapi Mama bisa denger kan? Audy sayang Mama, Audy pengen Mama cepet sembuh biar bisa pisahin Audy sama kak Luna lagi kalau berantem."

Audy menunduk, memandang kaki Mamanya yang tak memakai alas apapun. Lalu mengelus lembut.

"Ma... plis jawab aku sebentar." Isak Audy memohon.

Hingga sebuah tangan mengelus rambut Audy membuat ia mendongak. Lalu senyum Audy melebar, melihat sang Mama yang mengelus rambutnya walaupun dengan tatapan kosong.

THE TROUBLEMAKER TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang