Jangan lupa follow akunku ya karena selesai cerita ini aku bakal banyak bikin cerita lagi:)
Happy Reading❤"Rikaa....."
Suara berat serta serak khas Bagas memenuhi pendengaran Rika dengan tajam membuat Rika merinding. Masalahnya adalah Bagas tepat duduk di belakang bangku Rika, sebenarnya Rika sudah berapa kali protes dengan bu Rindang wali kelas, tapi tetap saja bu Rindang tidak mau karena alasan yang tak jelas.
Padahal Bagas sering kali membuat Rika risih mendorong-dorong kursinya dengan jahil, serta menarik-narik rambutnya seperti anak kecil, Rika benci itu.
"Rikaa...."
Kini suara Bagas tak mengerikan seperti tadi, entah mengapa suara Bagas sekarang terdengar seperti.... lirih?
Dengan hati-hati Rika membalikkan badannya untuk sekedar mengintip Bagas di belakang.
Rika terkejut sekaligus heran, bagaimana Rika tak heran? Bagas tidur dengan posisi kepalanya bersandar pada meja seperti biasanya.
Beberapa kali Rika mencoba memastikan bahwa Bagas yang tertidur, ini Bagas mengigau? Seperti itulah pikiran Rika sekarang, bukannya terkejut hanya Bagas mengigau, tetapi Bagas mengigau menyebut namanya?
Rika melambaikan tangannya dengan hati-hati kedepan wajah Bagas, ternyata benar Bagas tertidur.
Rika menghela nafas panjang, kini pandangannya beralih pada wajah Bagas yang saat ini terlihat lebih damai. Entah mengapa ia sebenarnya sangat merindukan Bagas yang dulu selalu dekat dengannya, bukan rindu saat Bagas menjadi kekasihnya, tetapi rindu Bagas yang selalu ada untuknya.
Sekejap Rika tersadar oleh pikirannya, ia langsung menggelengkan kepalanya cepat bergidik ngeri yang benar saja ia masih memikirkan Bagas yang sekarang kejam.
'Sebenarnya dia mimpi apa ya? Kok nyebut nama gue segala?' Saat ini batin dan pikiran Rika sudah dipenuhi pertanyaan yang membingungkan.
Brakk
Dengan secepat kilat Rika langsung membalikkan badannya seperti semula dengan tegak, sungguh ia terkejut bukan main dengan tendangan Bagas tadi.
Rupaya Bagas terbangun, ia terkejut sambil menendang kaki meja, hampir saja Rika kepergok oleh Bagas karena memperhatikannya yang tidur.
'Ni anak kenapa sih gajelas' batin Rika masih terkejut, takut-takut Bagas tau dengan dirinya tadi.
Nafas Bagas tersengal, keringat sudah memenuhi pelipisnya, sekarang dirinya seperti terlihat habis mimpi buruk atau sangat mimpi buruk.
Bagas menatap Rika yang masih duduk tegak dihadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Dengan perasaan yang masih tak enak tanpa sepatah kata Bagas berjalan meninggalkan kelas yang masih sunyi, hanya sekitar 2 atau 3 orang saja termasuk Rika.
Rika menghembuskan nafas lega, dia sangat tegang tadi jika sampai Bagas tau. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing mungkin efek pukulan keras yang diberikan Luna tadi.
Rika memegang kepalanya, sesekali ia memijit kepalanya yang pusing belum juga reda. Rika mendengus mengingat kejadian tadi di toilet.
"Sebenarnya kenapa Luna ngomong kaya tadi ya?" Gumam Rika yang masih saja dibuat bingung dengan perkataan Luna saat di toilet.
"Lagian tu si setan mukul gue keras banget njir, emang tu tong sampah dari besi yak?" Gerutu Rika.
"Untung aja kepala gue pusing, kalo enggak udah gue kirim ke rumah sakit tu si Luna"
Mulutnya terus saja mengoceh tak jelas, ia masih sangat kesal dengan Luna. Tanpa ia sadari seorang lelaki bertubuh jangkung dan tegap sedang memperhatikannya sedari tadi di depan pintu kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TROUBLEMAKER TWINS
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) ARIKO PUTRA TAMARA dan ARIKA PUTRI TAMARA si kembar nakal yang suka membuat masalah, jarang akur, dan hobby balapan liar. Riko dan Rika melanggar janji sang papa TAMARA membuat mereka harus pindah ke sekolah papanya sendir...