PART 36

71 8 0
                                    

Di vote ya orang baik:)

Happy Reading❤






"BEGO! LO YANG BUAT PERSAHABATAN CLARA SAMA RIKA HANCUR JALANG!"

Hening.

Luna tertawa. Ia tertawa sangat keras sambil menepuk tangan, serta senyum miring yang ia tampakkan di depan Bagas.

"Kenapa? Bagus kan rencana gue?"

Bagas mengepalkan tangannya kuat. Gila, perempuan di depannya ini benar-benar nyata gila.

"Lo ngga ada masalah sama Rika Riko! Jadi buat apa ikut ngusik hidup mereka?!"

Luna membalas bentakan Bagas dengan tatapan penuh kebencian. Ia benar-benar benci pada siapa pun yang berhubungan dengan keluarga Tamara.

"Lo ngga tau apa apa jalang!" Bagas mendekat, mengucapkan kalimat tersebut dengan penekanan.

"Stop panggil gue jalang!"

"TAPI EMANG KENYATAAN LO JALANG!"

Plak

Tamparan dari pipi kiri Bagas membuat Luna menahan nafas, memberanikan diri setelah menampar lelaki di depannya. Ia tidak suka di panggil sebutan tadi meskipun memang nyata dirinya 'jalang'.

Dengan perasaan emosi campur gugup Luna meremas kedua tangan nya, ia agak takut tapi juga harus berani.

Sedangkan Bagas memejamkan mata nya, menahan sekuat tenaga kekuatan batin yang ingin mencekik perempuan gila di depan nya ini. Bagas semakin dekat, hingga Luna terpojok pada dinding.

Tatapan Bagas terlihat sangat tajam.

"Gara-gara lo Rika masuk rumah sakit!" Suara Bagas rendah tepat di telinga Luna.

Namum entah Luna yang salah mendengar atau tidak, ia seperti merasa Bagas menahan tangis. Dapat ia dengar suara lelaki itu yang bergetar dan sedikit lirih membuat Luna agak terkejut.

"Lo udah lukain dia Luna..."

"L-Lo harus mati."

Perlahan kedua tangan Bagas bergerak terangkat menuju ke leher Luna. Gadis itu menahan nafas, dengan jantung yang berdetak kencang. Lelaki di depan nya ini sangat mengerikan.

Luna memejamkan matanya. Ia tidak bisa sama sekali bergerak dengan posisi terpojok seperti ini.

Agak lama ia memejamkan mata nya, yang ia rasakan hanya keheningan. Luna langsung membuka mata.

Di depannya terlihat Bagas yang menatap nya datar, entah apa yang di pikirkan lelaki itu yang jelas Bagas tidak jadi mencekiknya. Kakinya lemas ia kira Bagas ingin membunuhnya.

"Sekali lagi gue peringatin."

Luna mendongak setelah merasa ia agak lega. Mulutnya seakan terkunci, masih syok.

"Jangan pernah ikut campur dan jangan pernah seujung kuku pun lo sakitin Rika."

Suara Bagas terdengar sangat datar dan tajam. Tidak ada penekanan dan bentakan di dalam kalimatnya.

THE TROUBLEMAKER TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang