PART 22

104 7 0
                                    

Makasih banget ya yang udah vote meskipun dikit setidaknya menghargai hehe❤

Happy Reading!!






Gadis bersurai panjang, dengan piyama kebesaran, dan kaus kaki yang masih terpasang di kakinya tersebut sedang berdiri kaku di depan pintu sang Papa. Ia bimbang antara masuk atau tidak. Tetapi jika ia tak masuk namanya tak tau terima kasih, meskipun Papanya tidak akan keberatan, tetapi tetap saja ia sudah merepotkan David yang membelikan boneka untuknya.

Rika terlihat menimang, hingga pada menit selanjutnya ia menganggukan kepalanya mantap mulai mengetuk pintu sang Papa dengan hati-hati.

Ia agak gugup. Menggigit bibir dalamnya sambil menggoyang-goyangkan kakinya ke lantai menunggu sang Papa membuka pintu. Ia sudah lama tak memasuki kamar Papanya, sebenarnya Papanya lah yang melarang Rika untuk masuk seenaknya. Rika saja tak mengerti apa yang Papanya sembunyikan di dalam kamar tersebut.

Agak lama ia berulang-ulang kali mengetuk pintu, sampai pada akhirnya pintu terbuka lebar menampakkan sang Papa yang berdiri lebih tinggi dari Rika sedang tersenyum lebar.

"Kenapa Rika?"

Suara berat khas David mengalun di telinga Rika dengan sangat lembut.

Rika tak menatap mata Papanya, ia agak malu-malu. Matanya hanya bisa memandang dada sang Papa karena dirinya yang terlalu pendek.

David masih setia tersenyum lebar. Pandangannya kini beralih tangan Rika yang memegang boneka kucing dengan erat. Mengerti apa tujuan anak perempuannya, David mengelus rambut Rika yang masih diam memainkan bibir, dan menarik-narik bulu bonekanya tersebut.

"Rika mau ngomong apa sayang?" Tanya David selembut mungkin.

Rika mengadah menatap sang Papa.

"Makasih Pa... bonekanya Rika suka"

Pelan tapi masih bisa terdengar oleh David. Anak perempuannya berterima kasih padanya.

David mengangguk membalas tatapan Rika tak kalah lembut. Berterima kasih saja anak kembarnya masih malu.

"Sama-sama. Bonekanya di jaga ya, sekarang Rika balik kamar tidur gak boleh begadang. Ac kamar juga jangan terlalu dingin gak baik" ucap David tegas.

Rika tersenyum tipis, sangat tipis tetapi David bisa melihat putrinya tersenyum. Mengangguk singkat Rika membalikkan badan berjalan menuju kamarnya.

Mereka berdua tak sadar, bahwa Riko juga memperhatikan keduanya sedari tadi di balik celah pintunya.

****

Suhu ac sudah ia atur agar tak terlalu rendah agar Papanya tak mengomel saat masuk nanti karna terlalu dingin. Kini badannya sudah sepenuhnya di tempat tidur yang besar berwarna pastel.

Ia belum bisa tidur sampai saat ini. Pikirannya masih bebas menguasai kepalanya sekarang. Beberapa kejadian dan teori. Seperti tentang Luna yang mengeluarkan kalimat Rika tak mengerti sama sekali. Ia sampai penasaran tingkat akut apa yang dibicarakan Luna saat itu padanya.

"Gara-gara lo hidup gue hancur!"

Kalimat dari Luna tempo hari masih terngiang di pikirannya. Sebenarnya apa hubungannya dengan Luna? Bukankah Rika saja baru kenal?

Berkali-kali menghembuskan nafas panjang, Rika memandang langit kamarnya ditemani pikiran yang bebas kemana pun.

"Gapapa demi lo"

Rika tersentak. Otaknya tiba-tiba menampilkan wajah Bara yang sedang tersenyum tenang kepadanya. Kalimat Bara dapat membuat Rika salah paham, ia tak mau terlalu banyak berharap setelah mendengar apa yang laki-laki berwajah datar tersebut katakan.

THE TROUBLEMAKER TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang