-
-
-
-Keheningan menyelemuti Rika dan Bara. Rika yang sibuk membersihkan luka lebam pada wajah Bara, sedangkan Bara yang tengah memperhatikan wajah Rika saat serius seperti sekarang.
Pandangannya terus tertuju pada Rika yang telaten mengobati lebam pada wajahnya. Hingga membuat jantungnya serasa menggila, saat ini wajah keduanya sangat dekat. Bara berapa kali menormalkan gugupnya dengan cara berdehem pelan.
Mereka berdua sama saja, sama-sama gugup saat berdekatan seperti ini. Rika sedari tadi berusaha menahan agar tidak bereaksi di depan Bara. Ia terus berusaha memfokuskan pandangannya pada luka lebam yang berada wajah Bara. Wajah tampan Bara sangat mengganggu fokusnya. Ya dia akui Bara memang tampan, tapi tetap saja laki-laki ini menyebalkan.
Setelah selesai Rika langsung menjauh dari jarak, ia menaruh kotak P3K ke lemari obat. Sedangkan Bara masih setia memperhatikan Rika yang bergerak kesana kemari.
Dengan keadaan yang sedikit canggung, Bara berdehem pelan, ia tersenyum tipis ke arah Rika yang tengah menatapnya.
Hingga Rika bersuara.
"Sorry, gara-gara gue lo jadi luka gini"
Rika menundukkan kepalanya merasa bersalah.
Bara tersenyum, ia mengelus rambut Rika dengan lembut lalu mengangguk.
"Bukan salah lo, gue gak papa kok"
"Ayo gue antar ke kelas" ajak Bara.
Rika mengangguk samar, ia masih merasa bersalah pada Bara yang melindunginya tadi hingga menyebabkan luka yang lumayan banyak.
Rika membuntuti Bara dari belakang. Laki-laki yang bertubuh jangkung tersebut tiba-tiba berbalik menatap Rika kesal.
"Jangan di belakang Rika, dikira gue pengawal apa"
Bara menarik tangan Rika lembut ke arah sampingnya. Ia tak ingin terlihat seperti pengawal Rika di depan.
Tanpa sadar keduanya tak melepaskan tautan tangan mereka hingga sampai di kelas.
Saat keduanya telah sampai di depan pintu kelas, Rika yang tersadar itupun segera melepaskan tautan tangannya pada Bara dengan cepat. Ia sungguh malu.
"Jangan lupa ke kantin makan siang, nanti maag". Peringatan Bara barusan membuat Rika tertegun, ia mengerjapkan matanya berkali-kali menatap Bara yang lebih tinggi darinya.
"Tapi kan katanya gue juga dipanggil ke BK"
Rika tak ingin Bara saja yang dihukum, ini semua karena Bara yang sudah melindunginya. Memang tadi saat mereka sampai di uks, Rika juga dipanggil ke ruangan BK.
Bara menghela nafas, ia tersenyum ke arah Rika yang menatapnya khawatir.
"Gak usah, biar gue sama Bagas aja. Lo harus makan nanti maag lo kambuh lagi" jawab Bara berusaha menenangkan.
"Tapi...."
"Gue yang urus, gak usah khawatir"
Rika mengangguk ragu, ia sangat tidak tenang dengan perasaannya. Ada perasaan khawatir pada dirinya, ia takut Bara akan di skors atau di keluarkan dari sekolah ya meskipun ia tahu Bara tak mungkin di keluarkan, tetapi ia tetap saja cemas.
"Masuk gih"
Bara mengibaskan tangannya menyuruh Rika masuk ke dalam kelas yang tak terlalu ramai. Sepertinya murid yang lain sedang di kantin beristirahat.
Memasuki kelas dengan ragu, Rika berbalik melihat kepergian Bara dari belakang dengan perasaan bersalah.
"DORR!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TROUBLEMAKER TWINS
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) ARIKO PUTRA TAMARA dan ARIKA PUTRI TAMARA si kembar nakal yang suka membuat masalah, jarang akur, dan hobby balapan liar. Riko dan Rika melanggar janji sang papa TAMARA membuat mereka harus pindah ke sekolah papanya sendir...