PART 32

92 10 0
                                    

Di vote ya, wajib follow! Kalo ga? Ya gapapa sih, cuman kan percuma aja dibaca ampe akhir ga di follow sama vote.

Happy Reading❤






Gadis tersebut nampak tersenyum kecil membalas senyum lelaki yang sudah pergi dari hadapannya.

Ia menghela nafas, menatap rumah tidak terlalu besar dihadapannya. Rasanya terlalu malas untuk pulang, bertemu dengan saudara yang suka mengusik hidupnya.

Baru saja ia melangkah, memasuki rumah, suara langkah kaki terdengar tergesa-gesa dengan cepat ke arahnya. Tidak bisakah besok saja ia mendengar cacian dan umpatan? Sungguh, hari ini ia sangat lelah.

"Darimana lo?" Suara itu, rasanya Audy ingin melawan.

"Aku capek kak habis kerja." Jawab Audy malas memilih melangkahkan kaki melewati sang kakak.

"Lo habis di sewa cowo kan? Ngga ingat kerjaan lo dirumah numpuk?" Ucapnya menarik rambut Audy kencang.

Audy berusaha melepaskan, tetapi ia sudah sangat lelah. Ia hanya berharap saudara perempuannya ini menghentikan aksinya.

"Aku beneran habis pulang kerja Luna!" tanpa sadar ia berteriak kesal membuat Luna semakin jadi.

"Wah udah berani lo ya sekarang sama gue! Lo ngga takut?!" Luna semakin menarik rambut Audy kencang.

Audy sudah pasrah, rasanya rambutnya akan terlepas ditarik Luna, kepalanya pusing.

"Kak lepas! Sakit." Rintih Audy sudah mengeluarkan air mata.

"Lo habis di sewa siapa? Pulang sama cowo malem gini dasar jalang!"

Plak

Tamparan kencang kini lolos pada pipi kiri Audy. Luna menepuk-nepuk tangannya jijik ke arah sang adik, terlihat banyak rambut Audy di tangannya.

"Eww jiji banget!" Ucapnya menyebalkan.

Sedangkan Audy sudah menunduk dalam, menangis diam. Ia tidak bisa melawan kakak kejamnya ini. Jika dia melawan, siapa lagi yang dia punya? Hanya Luna. Mamanya? Lucu sekali, itu tak mungkin.

"Heh anak haram, lo jangan lupa bersihin dapur ya! Gue mau tidur."

Setelah mengucapkan kalimat tadi dengan santai, Luna beranjak dari tempatnya ke arah kamar. Audy tertawa miris, mengusap air matanya yang sudah reda dengan kasar. Tidak apa, Audy sudah biasa. Setiap hari, setiap waktu kakaknya itu, selalu seperti ini selama ia hidup.

Audy meringis pelan saat merasakan kepalanya yang berdenyut nyeri, rasanya ia ingin cepat-cepat tidur di atas kasur empuknya.

Tanpa membuang waktu banyak, Audy melangkah ke arah dapur yang terlihat sangat berantakan. Satupun piring atau gelas, tidak ada yang tercuci dari tadi pagi. Ia hanya bisa sabar, memejamkan mata. Lalu segera melakukan tugasnya setiap hari.

****

Kakinya melangkah masuk ke dalam rumah megahnya. Riko terus tersenyum lebar sepanjang malam ini. Ia sebenarnya tidak pernah menyangka mempunyai keberanian mengajak gadis yang sudah lama ia sukai pulang bersama.

"Dari mana?"

Riko melunturkan senyumnya menjadi datar. Ia menatap sang Papa yang sudah melipatkan tangan di dada.

"Cafe." Jawabnya lalu segera berjalan melewati David ke atas.

David hanya menghela nafas pasrah, memijit pangkal hidungnya. Entah kenapa akhir-akhir ini David tidak tempramental seperti kemarin, rasanya ia mulai mudah bersabar mengatur emosi.

THE TROUBLEMAKER TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang