It's Me, Vega || 11

94 62 13
                                    


HAPPY READING ♡


*****

Author POV

Ilham dan geng Alaska udah selesai makan dan berniat balik ke kelas untuk jemput Vega, abis itu ke aula sekolah mau ada pengumuman pemenang lomba olahraga yang kemarin. Abis itu besoknya akan ditutup dengan acara pensi. 

Ilham yang terlebih dahulu masuk ke kelas menghela nafas pasrah melihat posisi Vega yang masih menelungkupkan kepalanya di meja. Ilham meletakkan roti dan susu vanila di meja Vega.

Awalnya, Ilham tidak merasa ada yang aneh, tapi setelah melihat seragam Vega yang terkena tumpahan susu coklat membuat Ilham mengernyit bingung.

“Ga, lo gapapa?” 

Tidak ada jawaban dari Vega, bahkan gadis itu tidak melakukan pergerakan apapun.

Ilham menggoyangkan lengan Vega seraya memanggil nama gadis itu.

“Vega, jangan bercanda.”

Ilham geram dan akhirnya mengangkat tubuh Vega. Betapa kagetnya Ilham saat tahu gadis itu pingsan, dengan rambut yang sedikit kusut, wajah sembab, dan pakaian terkena tumpahan susu. 

“Vega!! Astaga.” Tanpa berpikir terlalu lama Ilham mengangkat tubuh Vega dan membawa Vega keluar. Bukan lagi ke UKS. Tapi lelaki itu ingin membawa Vega ke rumah sakit karena tak tega melihat wajah Vega. 

“Eh, anjir si bocil kenapa?” Tanya Gilang yang kaget melihat Vega yang sudah di gendong keluar kelas oleh Ilham.

“Vega kenapa Ham?” Tanya Ninda khawatir.

“Pingsan. Gue mau bawa kerumah sakit. Lo nanti nyusul abis ambil piala Var.” Setelah mengatakan hal tersebut kepada Varo, Ilham melongos pergi membawa Vega ke mobilnya dengan rasa khawatir yang menggebu di dadanya.

Itu mengingatkannya dengan masa lalu. Masa lalu dengan gadis yang selalu jadi panutannya, gadis yang sangat ia sayangi, masa lalu yang sampai saat ini tidak pernah Ilham lupakan, bahkan tidak berniat sama sekali untuk melupakannya.

Sampai rumah sakit Ilham masih panik, dengan berteriak ia memanggil suster disana. Sang suster pun membawakan brankar rumah sakit dan membawa Vega masuk ke dalam UGD.

Masih dengan sangat khawatir, tubuh Ilham tidak bisa diam, ia mondar-mandir gelisah di depan ruangan UGD. Entahlah antara ia sangat khawatir dengan Vega, atau karena ia teringat dengan masa lalunya yang selalu membawa seorang gadis kerumah sakit. Rasanya Ilham sangat tidak ingin memiliki rasa khawatir seperti ini lagi.

Saat dokter keluar ruangan Vega, Ilham langsung menghampiri sang dokter.

“Gimana keadaan Vega dok?”

“Pasien hanya kekurangan darah dan kelelahan saja, setelah satu kantung infus habis pasien sudah boleh pulang. Tolong untuk memperhatikan makanannya, dan katakan pada pasien Vega untuk jangan sering-sering bergadang. Saya permisi.” Jelas dokter tersebut.

“Terimakasih dok.” Ilham dapat bernafas dengan lega, kemudian masuk ke dalam kamar tersebut. Vega belum sadarkan diri. Masih tertidur dengan selang infus yang terpasang di punggung tangannya. 

Ilham duduk di bangku yang ada di samping brankar Vega.  “Hebat lo, bawa gue balik ke rumah sakit. Gue gasuka rumah sakit Ga, jadi mendingan lo bangun sekarang.” Ilham memegang tangan Vega yang tidak terdapat infus.

Drtttt... drttt.... 

Ilham menoleh ke nakas disampingnya yang tergeletak ponsel Vega, melihat nama bang vigoblock yang tertera di layar tersebut, kemudian mengangkat telfon tersebut.

It's Me, Vega ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang