It's Me, Vega || 52

10 4 2
                                    



Happy Reading ♡


***

Author POV

Lewat tiga hari setelah kejadian bertengkar di dalam mobil, Ilham dan Vega tidak lagi bertemu karena keluarganya menerapkan ‘pingit’ kepada mereka.

Selain karena tradisi pingit, perdebatan kala itu pun masih belum mereka selesaikan. Tiga hari benar-benar terlewati tanpa chattingan, videocall, telfon atau apapun.

Sebenarnya Vega sudah sadar kesalahannya, Ilham benar bahwa nantinya dia tidak lagi bisa sebebas Vega yang sekarang, karena tanggung jawab sebagai istri yang cukup besar. Vega harusnya menerima saja perkataan Ilham, walaupn agak tersinggung dengan bagian ‘tau batasan’ seakan-akan Vega yang berkumpul bersama teman lewat jam 8 itu adalah kesalahan yang sangat fatal.

“Kangen Ilham.”

Bunda Wulan yang mendengar gumaman Vega menoleh pada putrinya yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai istri itu.

“Telfon aja, emang kenapa?”

“Bun, sebenernya aku sama Ilham kemarin tuh berantem.”

“Berantem kenapa?”

“Debat gitu si tapi jadi melebar. Aku main sama temen-teman kan, nah masih sekitar jam 8 lewat dikit lah, terus di jemput Ilham, disitu Ilham bilang kalo aku harus tau batasan karena bentar lagi jadi istri, terus aku kesel sama cara dia ngomong loh bun.” Vega menjelaskan dengan raut wajah cemberut.

Bunda Wulan mengusap rambut halus milik Vega dan tersenyum kecil mewajarkan hal yang terjadi diantara keduanya.

“Vega juga kesel karena Ilham kaya ga kasih kesempatan Vega buat ikut ngerancang pernikahan ini, liat aja semua pilihan Ilham. Vega kan juga mau ekspektasi Vega terwujud gitu loh bund. Vega salah ya bund?”

“Kalian berdua salah. Kamu salah karena bahas sesuatu yang out of the topic. Dan Ilham kayanya lagi sensitif tuh, terus kamu pancing jadi gitu deh.”

“Terus gimana bund? Besok nikahan masa masih marahan gini.”

“Minta maaf duluan gih, besok kalo udah menikah hal seperti ini gak sekali dua kali kamu alami sayang, jadi salah satu dari kalian harus putus tali sebelum makin kusut. Harus ada yang ngalah. Dan kalau kamu selalu jadi pihak yang mengalah itu jauh lebih baik, setidaknya kalau nanti kamu marah karena kesalahan Ilham jangan lupain kewajiban kamu, tetap jalani itu.” Ucap Wulan, memberi pengertian sebaik mungkin kepada putrinya itu.

“Iyadeh nanti aku minta maaf.”

“Anteeeee.”

“Hai Ken, kamu belum bobo?”

“Appa belisik.”

“Emang lagi apa papa kamu?”

“Lagi kaloke sama opah.”

“Mama kamu mana?”

“Ama agi uat susu.”

Vega menoel pipi gembul milik Ken.

“Bun kalo gitu Vega masuk kamar ya?”

“Iya sayang, tidur yang cukup ya besok kamu pasti capek.”

Vega mengangguk dan tersenyum. Kemudian pergi ke kamarnya.

Di kamar miliknya itu, Vega menatap ponselnya yang benar-benar tidak ada pesan apapun dari Ilham. Apa lelaki itu tidak ada niat untuk meminta maaf atau memahami situasi seperti Vega? ah, sisi egois dalam diri Vega belum reda. Terselip rasa seperti tidak adil saat tau Ilham bahkan tidak mengirim kabar selama tiga hari kemarin.

“Kemana si? Perasaan gue yang pengantin perempuan ga rempong macem dia.”

Vega pun memutuskan untuk menelpon lelaki itu. telfon berdering cukup lama, sampai hampir di dering terakhir barulah tersambung.

“Hmm.” Ucap Ilham dari sebrang sana.

Vega menghela nafas sebentar, apa Ilham semarah itu?

“Lagi apa?” Ucap Vega selembut mungkin.

“Diluar.”

“Ngapain?”

“Abis kumpul aja sama anak basket Alaska.”

“Bener? Ini udah lumayan malem loh Ham.”

“Tau.”

“Yaudah pulang gih.”

“Ngatur.”

“Hah?” Vega mngermyitkan dahinya, apa Ilham semarah itu? ada sedikit rasa ngilu di hatinya saat Ilham menjawab seketus itu.

“Udah Cuma mau nanya itu?”

“H-hah? Eh iya, udah itu aja. Jangan tidur malem ya, besok kita pasti capek karena banyak tamu.”

“Iya.”

“Goodnight.”

“Night.”

“I love you.”

“Hmm.”

“Maaf.” Setelah mengatakan maaf tanpa menunggu respon Ilham Vega langsung mematikan ponselnya.

Hatinya seperti terasa sakit dengan sikap Ilham. Apa kesalahannya sebesar itu? Padahal dia tadinya ingin memperbaiki ini, tapi Ilham seperti masih dalam suasana yang tidak baik.

Padahal besok adalah hari yang sangat sakral bagi mereka berdua, hari yang akan menjadi awal sebuah perjuangan cinta yang sebenarnya.

Vega merebahkan tubuhnya mencoba memahami Ilham dan menghalau pikiran negatif yang datang. semoga besok di hari istimewanya Ilham tidak terus besikap seperti itu.

Semoga saja.

***

Sementara disisi lain, Ilham yang mendengar kata terakhir sebelum Vega memutus telfonya jadi termenung.

"Kenapa Ham?" Tanya Varo.

"Gue ada masalah sama Vega, gue juga gatau deh gue lagi sensi banget akhir-akhir ini."

"Lo kecapean itu. Pulang sana! isitirahatin hati dan pikiran lo." Jawab Nuga.

"Apa gue ke Vega dulu sebentar ya?"

"Lo kan gaboleh ketemu dia. Besok juga nikah sabar aja kenapa si." Ucap Gilang. Agak gemas dengan Ilham. Pasalnya sedari tadi dia selalu bilang 'ingin menemui Vega'

"Ada yang harus gue lurusin, gaenak kalo gini. Masa mau nikah malah berantem."

"Besok Ham, besok lo udah sah kan? Lo bisa jelasin semuanya, sekalian lu kasih hadiah atau surprise apa gitu." Sahut Varo.

"Gitu ya?" Tanya Ilham, bingung.

"Iya!! Udah sana balik, ga baik calon manten keluyuran mulu." Ucap Gilang.

Setelah itu Ilham pun pergi dari tempat berkumpul Alaska. Menuruti ucapan merema dan tidak melipir ke rumah Vega, padahal hatinha meronta ingin menemui gadis itu.

...TBC...

👇🏻👇🏻👇🏻

★★★★

It's Me, Vega ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang