Happy Reading ♡
***
Author POV
Siang ini, Vega baru saja mengurus berkas dan semua hal yang ia perlukan untuk pergi ke Korea. Vega hanya tinggal menunggu persetujuan dari Universitas yang ia tuju, kemudian akan berangkat saat Ujian Akhir selesai.Memang seperti itu, karena Vega tidak mengerti bahasa Korea, gadis itu harus mengikuti pelatihan intensif bahasa Korea selama 6 bulan, baru akan mulai kuliah efektif.
Vega memilih untuk berkunjung sebentar ke coffe shop, ia sangat haus karena hari ini sangat panas.
Ditambah lagi pusing harus bolak-balik kantor kedutaan besar untuk mengurus suratnya. Kenapa Vega sendiri? Karena semua keluarganya sibuk mempersiapkan pernikahan bang Vigo yang tinggal sebentar lagi. Mungkin sehari sebelum Vega berangkat ke Korea? Tanggalnya dipercepat juga karena Vega yang akan pergi. Kakak laki-lakinya itu tidak mau menikah tanpa ada Vega, adik satu-satunya bagi Vigo.
“Mbak, Ice latte nya satu ya, batu es nya banyakin.” Ucap Vega, memesan minuman pada mbak-mbak barista tersebut.
Setelah Ice Latte nya sudah jadi, Vega mengambilnya dan memilih duduk di kursi pojok, mengistirahatkan sejenak pegal di badannya.
“Pusing banget gue, mau kabur aja harus kejar-kejar tanda tangan notaris, kedubes dan lain-lainnya. Untung aja gue sabar.” Vega ngedumel, sambil mengipas wajah dengan tangannya.
Atensi Vega beralih kepada sosok perempuan yang tidak jauh dari posisinya duduk. Gadis itu sedang bersama seorang lelaki yang seumuran dengannya.
“Lorenza bukan si?”
Vega semakin menajamkan penglihatannya, dan sudah pasti benar itu Lorenza.
Vega memperhatikan interaksi gadis itu dengan seorang laki-laki yang terlihat seumuran dengannya itu. Tapi tidak lama kemudian, datang seorang wanita dan lelaki paruh baya menghampri mereka.
“Ngapain si? Kaya mau maling anjir, make liat sekitar segala lagi.” Vega memberanikan diri untuk mendekat ke arah mereka. Gadis itu mengambil buku menu caffe tersebut dan duduk tepat dibelakang bangku Lorenza. Vega menajamkan pendengarannya.
“Pokonya bisnis ini harus berhasil, setelah itu perusahan keluarga kita bisa sepenuhnya pulih.” Ujar seorang lelaki paruh baya itu.
“Lo sama Ilham gimana?” Tanya lelaki yang terlihat seumuran dengan Vega.
“Lagi proses, kayanya si berhasil.” Jawab Lorenza.
Vega semakin curiga, gadis itu mengeluarkan ponselnya kemudian menaruhnya dilantai dan dengan perlahan menendang ponselnya hingga ponsel tersebut mendarat dengan mulus di bawah kursi Lorenza. Biar saja ponselnya lecet, ini lebih penting.
“Pokonya lo harus sebisa mungkin deketin Ilham, karena kalo sampe Ilham suka sama lo dan jadi pacar lo, keluarga mereka akan semakin yakin sama kita, dan bahkan kita dapet bonus untuk perusahaan yang dikelola Vigo dan Ardi” Kata lelaki tersebut.
Vega sedikit terkejut mendengar nama ayah dan kakak laki-lakinya ikut masuk dalam perbincangan aneh itu.
“Bagus, setelah semua beres, kita akan pergi segera ke Macau.” Jawab lagi lelaki paruh baya tersebut.
“Iya pih, tapi pokonya setelah ini Renza gamau disuruh-suruh deketin Ilham, ribet tau ga pih, Renza tuh mau bebas, Renza juga masih punya pacar tau ga. Kalo bukan karena takut miskin Renza gamau kurang kerjaan begini.” Sahut Lorenza.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me, Vega ✅
Teen Fiction⚠️ COMPLETED ⚠️ 15+ -------------------- Vega. Bukan seorang gadis populer, cantik, body goals atau apa pun itu. Vega hanyalah Vega. Seorang gadis yang sulit percaya diri. Bersahabat dengan Ninda membuat Vega beruntung dan memiliki beberapa teman. ...